Panglima TNI: Separatisme di Dunia Maya Ancaman Serius Terhadap Persatuan Bangsa

Hadi menuturkan bahwa dengan pengunaan dan jangkauan yang luas, media sosial menjadi media yang efektif untuk melakukan perang informasi ataupun psikologi.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 21 Nov 2020, 12:27 WIB
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjanjanto ketika menjadi Keynote Speaker dalam acara Webinar Pelatihan Sinergi Anak Bangsa Dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara Dari Aksi Separatisme di Dunia Maya, di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).

Liputan6.com, Jakarta Ancaman separatisme dengan menggunakan media sosial bertujuan propaganda untuk memisahkan diri dari NKRI marak dilakukan. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, aksi separatisme saat ini tidak hanya berupa pemberontakan bersenjata, tetapi sudah berkembang melalui kampanye internasional dengan memanfaatkan media sosial.

Hadi mengatakan, semua yang ada di dunia maya memiliki kelebihan berupa kecepatan dan jangkauan yang lebih cepat, lebih luas, dan mudah. Selanjutnya juga disadari bahwa dampak yang ditimbulkan di dunia maya, baik positif maupun negatif, ternyata dapat lebih masif dari dunia fisik.

"Mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus mengakui bahwa media sosial telah dapat dimanfaatkan sebagai media propaganda, media perang urat syaraf," ujar Hadi ketika menjadi Keynote Speaker dalam acara Webinar Pelatihan Sinergi Anak Bangsa Dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara Dari Aksi Separatisme di Dunia Maya, di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).

Lebih lanjut Hadi menuturkan bahwa dengan pengunaan dan jangkauan yang luas, media sosial menjadi media yang efektif untuk melakukan perang informasi ataupun psikologi. "Sekarang kita mengenal hastag, trending topic. Dahulu kita menyebutnya sebagai tema propaganda," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI juga menyampikan bahwa dalam beberapa minggu terakhir ini dunia maya di Indonesia diramaikan dengan beberapa isu yang cukup hangat.

"Isu-isu tersebut bila kita lihat membuat masyarakat menjadi terkotak-kotak, terpolarisasi dan dibenturkan satu sama lain. Terdapat pula narasi yang membangun ketidakpercayaan kepada pemerintah dan tidak percaya kepada berbagai upaya pemerintah untuk kepentingan rakyat," ucapnya.

Hadi mengatakan, diperlukan kesatuan pandangan dan persepsi untuk mensinergikan keselarasan dalam tindakan, kebijakan dan rencana aksi yang utuh. Menghadapi hal ini, diperlukan partisipasi lintas sektoral dan tidak mungkin hanya bisa dihadapi oleh satu instansi semata.

"Oleh karena itu, dibutuhkan langkah penanganan yang dilakukan secara komprehensif, integral dan terpadu. Diperlukan sinergi untuk negeri," imbuhnya. 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Memelihara Persatuan

Panglima TNI berharap pelatihan ini dapat menjadi pelopor-pelopor perubahan.

"Saudara-saudara akan menciptakan komunitas-komunitas positif di dunia maya, ingat bahwa para pejuang dahulu mengesampingkan perbedaan dan ego kesukuan, bersatu padu, dan bahkan mengorbankan jiwa raganya demi Indonesia merdeka," kata dia.

"Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita saat ini, sebagai generasi penerus perjuangan tersebut, untuk memelihara dan menjaga semangat persatuan dan kesatuan serta keutuhan bangsa dan negara tercinta," pungkasnya. 

Sementara itu, sebagai narasumber dalam acara webinar ini, antara lain Letjen TNI Joni Supriyanto (Kabais TNI) dengan tema "Bahaya Separatisme Papua", Wahyu Permana (SIMAN Polhukam) dengan tema "Identifikasi Disinformasi (Hoax)", Arief Noviandi (Praktisi TIK) dengan tema "Strategi Bermedia Sosial", Yadi Hendriana (Ketua IJTI/ Tokoh Pers) dengan tema "Urgensi Sinergi Kebangsaan".

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya