Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial meme yang berisi kutipan dari mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad. Postingan meme itu tersebar sejak akhir pekan ini.
Salah satu yang mempostingnya adalah akun Peter F. Gontha. Ia mengunggahnya di Facebook pada Minggu (22/11/2020). "Apa betul ini tulisan Mahathir?" demikian dia mempertanyakan meme tersebut, dalam caption.
Advertisement
Dalam meme tersebut terdapat foto Mahathir Mohamad dengan disertai narasi,
"...PELAN-PELAN anak-anak sekolah negeri di Indonesia akan tertinggal dalam penguasaan sains. umurnya habis untuk menghafal ayat-ayat dan doa, belajar soal haram, dosa, bidadari, menghitung pahala, mencari dalil, memikirkan akerat. Setelah kalah bersaing lalu memusuhi pemerintah dan mendirikan negara syariah sebagai solusi semuanya..." (Mahatir Muhammad).
Hingga saat ini postingan itu telah mendapat 532 komentar dan 130 kali dibagikan.
Lalu benarkah meme kutipan dari Mahathir Mohamad seperti yang tersebar di media sosial?
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri fakta dan tidak menemukan artikel yang menyebutkan Mahathir Mohamad mengomentari pendidikan di Indonesia.
Cek Fakta Liputan6.com justru menemukan pernyataan Mahathir Mohamad terkait pendidikan di Malaysia seperti dalam artikel "Mahathir Kurangi Jam Belajar Agama di Sekolah Malaysia" yang tayang di Medcom.id pada 3 Januari 2019. Berikut narasinya:
"Kuala Lumpur - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad memutuskan untuk mengurangi jam belajar pada mata pelajaran Agama di sekolah-sekolah di Malaysia. Menurutnya, pelajaran Bahasa Inggris lebih penting untuk bekal siswa di masa depan.
“Belajar Bahasa Inggris sejak dini akan lebih berguna untuk masa depan dan pekerjaan mereka nantinya. Kalau mereka belajar agama terus-menerus, mereka akan tidak fasih dalam bidang lainnya dan berlomba-lomba menjadi ulama,”kata Mahathir, dikutip dari Strait Times, Kamis 3 Januari 2019.
Akibatnya, tambah Mahathir, keadaan ini akan berpotensi memecah bangsa, karena para ulama ini akan berbeda pendapat satu sama lain. Selain itu juga dikhawatirkan akan menciptakan kondisi yang menyesatkan.
“Pelajaran agama akan tetap ada. Namun tidak terus menerus dalam satu pekan. Mungkin hanya satu sampai dua kali dalam sepekan,” ujar Mahathir lagi.
Pria berusia 93 tahun ini menegaskan, warga Malaysia harus bisa berbahasa asing, bukan hanya membaca Alquran. Seperti diketahui, Mahathir juga menjabat sekaligus menjadi Menteri Pendidikan Malaysia. Kendati demikian, rencana ini dapat memicu kontra, terutama dari Muslim Melayu konservatif. Pemerintahan Malaysia sebelumnya sempat secara rutin menayangkan siaran agama dengan ulama konservatif."
Selain itu ada artikel dari Kompas.com berjudul "Malaysia Berencana Kurangi Fokus pada Pelajaran Agama" yang tayang 11 Januari 2019. Berikut narasinya:
"KOMPAS.com - "Kita (tetap) masih akan belajar agama, tetapi ini tidak akan menjadi satu hari penuh karena kita tidak ingin siswa hanya tahu cara melafalkan doa tetapi kurang pengetahuan dalam mata pelajaran lain," ujar Perdana Menteri Malayasia Mahathir Mohamad, saat berbicara pada jamuan makan malam tahunan almamaternya Sultan Abdul Hamid College (SAHC) di Kuala Lumpur (22/12/2018).
Dikutip dari Says, Mahathir menyampaikan pihaknya akan memperbaiki kurikulum sekolah untuk mengurangi fokus pada studi agama. " Kita perlu menguasai semua mata pelajaran lainnya jika ingin maju, orang Malaysia harus berpendidikan, tidak hanya dalam baca doa (melafalkan doa)..." ujarnya.
Ia menambahkan, kurikulum sekolah akan diubah dan dimodifikasi sehingga Malaysia akan memiliki sekolah nasional yang akan mengajarkan semua orang semua mata pelajaran penting yang akan berguna bagi mereka ketika mereka dewasa dan menjadi individu mandiri.
“Dan kemudian kamu memiliki terlalu banyak ulama, mereka selalu berbeda satu sama lain dan kemudian mereka menyesatkan pengikut mereka dan mereka bertengkar satu sama lain. Itulah masalah yang kita hadapi sekarang. Dan karena itu, kami akan mengubah jadwal, kurikulum di sekolah-sekolah," kata Mahathir.
"Karena jika kita ingin maju, orang Malaysia harus berpendidikan, tidak hanya dalam membaca Quran tetapi juga dalam bahasa lain. Jika tidak, kita akan sangat tertinggal," katanya.
Ia menambahkan bahwa negara Malaysia saat ini melalui fase sulit dan membutuhkan pengembangan yang membutuhkan orang-orang berpendidikan yang mampu berinteraksi dengan orang lain.
Selain soal jam pelajaran agama, Mahathir juga menyoroti semakin menurunnya kemampuan siswa Malaysia dalam bahasa Inggris. Padahal dulu siswa Malaysia dikenal akan kefasihan mereka dalam penguasaan bahasa asing ini. Mahathir mendorong warga Malaysia untuk menguasai bahasa Inggris dengan mengatakan bahwa belajar "bahasa pengetahuan" tidak akan menghilangkan identitas Melayu atau Malaysia mereka.
"Bahasa Inggris bukan hanya untuk orang-orang Inggris. Bahasa Inggris adalah bahasa universal," tegas Mahathir. Dalam pidatonya, Mahathur juga mengatakan orang Malaysia sebelumnya dikenal memiliki kemampuan bahasa Inggris sangat baik, namun saat ini siswa kurang memahami bahasa Inggris dan kualitas sekolah mengalami penurunan selama bertahun-tahun.
"Bukannya kita kurang Melayu atau Malaysia ketika kita bersikeras menguasai bahasa Inggris. Jika kita benar-benar orang Malaysia yang baik, kami (justru) ingin mengesankan orang-orang dengan kemampuan bahasa Inggris kita, " tegasnya."
Ada juga artikel dari Jawapos.com yang berjudul "Mahathir Kurangi Pelajaran Agama Islam di Sekolah, Ini Alasannya" yang tayang 24 Desember 2018. Berikut isinya:
JawaPos.com – Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengatakan, kurikulum sekolah nasional di Malaysia akan dirombak. Hal itu dilakukan karena menurutnya, sekolah-sekolah sekarang lebih menekankan mata pelajaran soal Islam dan tidak dengan mata pelajaran lainnya, seperti bahasa Inggris.
Menurutnya, keseimbangan ini penting dilakukan agar nantinya para siswa bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. “Mereka semua belajar tentang agama Islam dan tidak belajar hal lain,” katanya dilansir dari Straits Times.
“Akibatnya, mereka yang lulus di sekolah tidak terlalu fasih dengan mata pelajaran yang berguna bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi mereka jadi ulama yang sangat baik,” tambahnya.
Rencananya ini jelas akan menimbulkan perdebatan di negara konservatif tersebut. Apalagi, pada pemerintahan sebelumnya Malaysia menjalankan saluran TV yang memunculkan ulama konservatif.
Namun, Mahathir mengatakan, apa yang dia lakukan semata-mata agar anak-anak di Malaysia bisa mendapat kehidupan yang lebh baik.
Sistem sekolah dasar Malaysia dibagi menjadi sekolah-sekolah nasional yang dihadiri oleh sebagian besar Muslim Melayu. Sementara sebagian besar etnis Tiongkok dan India bersekolah di sekolah-sekolah bahasa Cina dan Tamil.
Mahathir menjelaskan, dia ingin mengurangi pengajaran mata pelajaran yang terkait dengan Islam di sekolah-sekolah nasional.
“Kami akan mengubah jadwal dan kurikulum di sekolah-sekolah, kami masih akan belajar agama, tetapi tidak semua periode dalam satu hari, mungkin satu atau dua periode dalam seminggu,” katanya.
“Jika kita ingin maju, orang Malaysia harus berpendidikan, tidak hanya dalam membaca Quran, tetapi juga dalam bahasa lain. Jika tidak, kita akan menjadi sangat terbelakang.”
Advertisement
Kesimpulan
Meme yang berisi kutipan Mahathir Mohamad terkait pendidikan di Indonesia adalah tidak benar.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement