Liputan6.com, Jakarta – Konsep pengurangan risiko (harm reduction) dalam kesehatan publik merupakan pendekatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko kesehatan dan sosial yang terkait dengan kebiasaan atau penggunaan zat tertentu dengan memberikan alternatif lebih baik yang dapat menjadi pilihan, terutama jika berhenti total sulit dilakukan.
Pendiri dan Ketua Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, Achmad Syawqie, menjelaskan konsep pengurangan risiko sudah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti sabuk pengaman, airbag, helm, dan garam rafinasi. Selain itu, penerapan konsep pengurangan risiko juga diaplikasikan pada produk tembakau alternatif.
Hal ini terjadi lantaran permasalahan kesehatan terkait kebiasaan merokok masih mengkhawatirkan. Selama satu dekade terakhir, beragam produk tembakau alternatif mulai muncul di pasaran di antaranya seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, snus, dan kantung nikotin.
Baca Juga
Advertisement
“Produk tembakau alternatif yang menerapkan konsep pengurangan risiko memiliki potensi untuk menjadi pilihan bagi perokok dewasa mengurangi risiko kesehatan dengan beralih sepenuhnya. Sejumlah kajian ilmiah luar negeri juga telah membuktikan bahwa produk ini memang jauh lebih rendah risiko kesehatan dibandingkan dengan rokok konvensional. Inovasi ini bisa menjadi solusi bagi permasalahan rokok di Indonesia,” terang Syawqie dalam acara diskusi media terbatas secara online pada Jumat (27/11).
Sejumlah penelitian ilmiah, seperti Public Health England dan German Federal Institute for Risk Assessement (BfR), menyimpulkan bahwa rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok. UK Committee on Toxicology (COT), bagian dari Food Standards Agency, juga menyimpulkan secara positif bahwa produk tembakau yang dipanaskan mengurangi bahan kimia berbahaya sebesar 50 hingga 90 persen daripada rokok.
Namun pada awal kehadirannya di Indonesia, produk tembakau alternatif menuai pro dan kontra karena minimnya informasi akurat dan penelitian dalam negeri. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran (Unpad) bersama dengan YPKP Indonesia secara independen menginisasi penelitian untuk mengetahui profil risiko produk tembakau alternatif.
“Saat itu kami menjadi pioneer penelitian produk tembakau alternatif di Indonesia. Penelitian pertama kami menemukan bahwa uap hasil pemanasan dari cairan e-liquid pada rokok elektrik mengandung kontaminan yang lebih rendah dari asap rokok,” katanya. Penelitian tersebut disambut baik oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan pelaku industri. YPKP juga secara proaktif menyampaikan temuan tersebut kepada Pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun regulasi yang tepat untuk produk ini.
YPKP juga melakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat genotoksik di sel dalam tubuh dengan menghitung jumlah mikronukleus pada sel epitel mukosa bukal pada bagian rongga mulut. Hasil penelitian menunjukkan pengguna rokok elektrik memiliki jumlah sel mikronuklei yang signifikan lebih rendah dibandingkan dengan perokok dan efek genotoksik terhadap sel mukosa bukal pengguna rokok elektrik lebih rendah dibanding rokok.
Fakta ini menjadi pendorong YPKP Indonesia dalam melakukan penelitian untuk dapat memberikan informasi yang akurat untuk tujuan kesehatan masyarakat. “Kami secara terbuka mengajak para pemangku kepentingan utama, seperti Pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan juga Kementerian Kesehatan serta pelaku industri untuk dapat melakukan kajian yang lebih mendalam di dalam negeri,” ujarnya.
Kerja Sama Universitas Padjajaran dan Universitas Catania
Unpad telah menjalin kerja sama dengan Universitas Catania, Italia, membentuk The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) yang merupakan pusat penelitian antar departemen untuk mempelajari efek dan kerusakan juga dampak buruk kesehatan akibat asap rokok. Khususnya dalam mengembangkan strategi membatasi dan mengurangi risiko akibat asap rokok melalui penggunaan teknologi baru.
Melalui kesepakatan tersebut, Unpad juga berinisiatif mengembangkan Center of Harm Reduction Studies yang berfokus pada pengurangan risiko di berbagai bidang terkait kesehatan khususnya pengurangan bahaya tembakau. Syawqie berharap, pemerintah dapat memanfaatkan potensi produk tembakau alternatif untuk menekan dampak negatif dari rokok dengan mempertimbangkan informasi dan data dari hasil penelitian-penelitian ilmiah lokal yang independen.
“Tentunya dukungan pemerintah sangat diperlukan oleh para peneliti Indonesia untuk melakukan kajian secara independen terhadap produk yang termasuk kedalam konsep pengurangan bahaya ini. Dengan begitu semakin banyak pula rujukan dalam menerbitkan peraturan yang khusus mengatur produk tembakau alternatif dengan mengadopsi pendekatan pengurangan bahaya tembakau,” tutup Syawqie