Waspada Hujan Badai Efek Vorteks di Samudra Hindia Barat Sumatera dan Jawa

Vorteks merupakan pusaran angin skala meso (10-100 kilometer) yang jangkauan radiusnya masih berada di bawah badai tropis atau siklon tropis yang memiliki skala sinoptik lebih besar dari 1.000 kilometer

oleh Arie Nugraha diperbarui 23 Nov 2020, 17:00 WIB
Ilustrasi topan badai di pesisir (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Antariksa dan Penerbangan Negara (PSTA- LAPAN) menyatakan terjadinya angin kencang dan hujan deras yang melanda sebagian besar kawasan di pesisir barat Sumatera pada dini hari dan Jawa pada sore hari kemarin (Sabtu,21/112020), terjadi karena efek dari pembentukan vorteks yang sangat dekat ke wilayah daratan di pesisir barat Sumatera.

Menurut Peneliti PSTA - LAPAN Erma Yulihastin vorteks merupakan pusaran angin skala meso (10-100 kilometer) yang jangkauan radiusnya masih berada di bawah badai tropis atau siklon tropis yang memiliki skala sinoptik lebih besar dari 1.000 kilometer. Erma mengatakan vorteks ganda yaitu di bagian utara dan selatan (ekuator) terbentuk di Samudra Hindia pada 21 November 2020.

"Keberadaan vorteks utara telah menimbulkan serangan angin kencang dan hujan deras persisten di wilayah pesisir barat Sumatra pada dini hari, Sabtu (21/11). Sementara itu, vorteks selatan terbentuk pada awalnya di atas Samudera Hindia pada pagi hari hingga mencapai fase matang pada pukul 13.00 WIB," ujar Erma dalam keterangan resminya yang dterima Liputan6.com, Bandung, Minggu, 22 November 2020.

Erma menjelaskan seiring dengan pergerakannya yang menuju ke arah timur dan mendekati wilayah ekuator juga daratan Sumatera, maka vorteks selatan ini pun mengalami pelemahan pada pukul 14.00 WIB.

Meskipun demikian lanjut Erma, efek vorteks skala meso ini tak hanya menimbulkan banyak hujan di Sumatera namun juga di Jawa, khususnya di wilayah Jawa Barat.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Vorteks Picu Pembentukan Garis Badai

Ilustrasi badai dalam hidup. (Photo by Felix Mittermeier on Unsplash)

Alih-alih lenyap, Erma menuturkan vorteks selatan tetap bertahan hingga malam hari meskipun intensitasnya semakin melemah dan bergeser menuju lautan. Vorteks juga bergerak ke arah selatan dengan radius pusaran yang semakin lebar disertai intensitas angin yang semakin kuat.

"Penguatan vorteks skala meso pada hari berikutnya, Minggu (22/11) telah memicu pembentukan sistem garis badai, atau disebut dengan istilah squall line," ungkap Erma.

Erma menyebutkan garis badai ini menjalar secara cepat karena tiupan angin kencang yang terjadi akibat dari perbedaan dua jenis massa udara antara udara lembab di bawah dan udara kering di atas, yang disebut dengan istilah gust front.

Badai ini kemudian berarak sebagai struktur yang masih utuh dari Samudra Hindia menuju Jawa bagian barat dan tentu saja menimbulkan hujan deras disertai angin kencang di kawasan tersebut sejak siang hingga malam hari.

"Kondisi yang hampir sama juga terjadi di Sumatera bagian selatan yang akan dilintasi squall line sehingga hujan badai akan melanda banyak wilayah di Sumatera," tukas Erma.

Masyarakat diminta agar mewaspadai maraknya hujan badai karena evolusi vorteks di Samudra Hindia yang berevolusi semakin kuat dan membesar tersebut hingga beberapa hari mendatang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya