FDA Izinkan Penggunaan Darurat Obat yang Dipakai Donald Trump Saat Kena COVID-19

Meski telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari FDA, namun pengujian untuk obat antibodi eksperimental untuk pasien COVID-19 tersebut masih terus dilakukan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 23 Nov 2020, 10:00 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Liputan6.com, Jakarta Obat antibodi eksperimental yang digunakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat ia terinfeksi COVID-19, mendapatkan izin penggunaan darurat dari Food and Drug Administration (FDA).

Mengutip Sky News pada Senin (23/11/2020), obat tersebut dikembangkan oleh Regeneron Pharmaceuticals dan diberikan sebanyak satu dosis secara intravena.

Usai diberi izin darurat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS tersebut, obat ini sudah bisa digunakan oleh warga setempat. Meski begitu, penelitian terkait keamanan dan efektifitasnya masih dilakukan.

Dalam rilis di laman resminya, FDA mengatakan bahwa obat antibodi yang terdiri dari casirivimab dan imdevimab ini, diberikan pada pasien positif COVID-19 gejala ringan hingga sedang.

Adapun, mereka yang boleh mendapatkan obat tersebut harus berusia dewasa atau pasien anak usia 12 tahun atau lebih, berat minimal 40 kilogram, dan positif COVID-19 dan berisiko mengalami gejala parah.

"Ini termasuk mereka yang berusia 65 tahun atau lebih atau yang memiliki kondisi medis kronis tertentu," mereka menambahkan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Keamanan dan Efektivitas Masih Terus Dievaluasi

FDA mengungkapkan, dalam uji klinis terhadap pasien COVID-19, casirivimab dan imdevimab yang diberikan bersama-sama, terbukti mengurangi rawat inap terkait COVID-19, atau kunjungan gawat darurat pada pasien berisiko tinggi dari penyakit, dalam 28 hari setelah pengobatan jika dibandingkan plasebo.

"Keamanan dan efektivitas terapi ini untuk digunakan dalam pengobatan COVID-19 masih terus dievaluasi," tulis FDA.

Namun, obat antibodi monoklonal tersebut tidak diizinkan bagi pasien COVID-19 yang membutuhkan bantuan oksigen. Mereka mengatakan bahwa manfaat terapi tersebut belum terlihat pada pasien yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19.

Bahkan, antibodi monoklonal, seperti casirivimab dan imdevimab, dapat dikaitkan dengan hasil klinis yang lebih buruk saat diberikan pada pasien rawat inap dengan COVID-19 yang membutuhkan oksigen aliran tinggi atau ventilasi mekanis.

"Mengotorisasi terapi antibodi monoklonal ini dapat membantu pasien rawat jalan menghindari rawat inap dan meringankan beban pada sistem perawatan kesehatan kita," kata Komisaris FDA Stephen Hahn.

 

 


Antibodi Monoklonal

Banner Infografis Waspada 5 Gejala Covid-19 pada Anak. (Liputan6.com/Abdillah)

Antibodi monoklonal merupakan protein buatan laboratorium yang meniru kemampuan sistem kekebalan untuk melawan patogen berbahaya seperti virus.

Casirivimab dan imdevimab merupakan antibodi monoklonal yang dirancang secara khusus untuk melawan spike protein SARS-CoV-2.

Menurut Regeneron, dosis awal akan tersedia untuk sekitar 300 ribu pasien lewat program alokasi pemerintah federal. Meski pasien tidak akan dikenakan biaya untuk obat tersebut, namun kemungkinan mereka harus membayar sebagian dari biaya pemberian infus.

Lonjakan kasus yang tinggi di AS sendiri membuat permintaan obat akan melebihi pasokan awal.

Meski begitu, mengutip New York Post, pengobatan dari Regeneron belum bisa tersedia secara luas dengan sesegera mungkin. Perusahaan tersebut menyatakan bahwa hanya bisa menyiapkan 80 ribu dosis di akhir November.


INFOGRAFIS: Deretan Kandidat Obat Covid-19

INFOGRAFIS: Deretan Kandidat Obat Covid-19

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya