Liputan6.com, Jakarta Relasi romantis atau hubungan pacaran dapat diwarnai berbagai masalah salah satunya kekerasan seksual.
Menurut catatan tahunan Komnas Perempuan terkait kasus kekerasan seksual di ranah personal, ada 1.815 kasus kekerasan dalam pacaran dan 1.320-nya adalah kekerasan seksual.
Advertisement
Melihat tingginya angka tersebut, Sekretaris Umum Korps HMI-Wati (Kohati) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Mutya Gustina berpendapat perlu adanya identifikasi terhadap penyebab terjadinya kekerasan seksual.
Beberapa penyebab terjadinya kekerasan seksual adalah minim logika, kurangnya pengetahuan tentang relasi yang sehat, konstruksi sosial, dan ketimpangan relasi.
Kehidupan asmara yang didominasi oleh romantisme biasanya mengedepankan perasaan yang membuat penggunaan logika menjadi sangat terbatas.
“Perasaan romantis yang dominan membuat batasan-batasan dalam hubungan menjadi kabur. Di sisi lain, minimnya pengetahuan dan akses tentang relasi yang sehat menjadi alasan lain mengapa kekerasan seksual dapat terjadi,” ujar Mutya dalam webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Jumat (20/11/2020).
Simak Video Berikut Ini:
Konstruksi Sosial
Selain logika yang tidak berjalan dengan baik dan didukung oleh minimnya pengetahuan relasi sehat, kekerasan seksual pun dapat dipicu konstruksi sosial yang salah.
“Karena kekerasan seksual itu adalah satu jenis kekerasan pada perempuan jadi dasarnya berangkat dari konstruksi sosial, bagaimana perempuan distigma menjadi orang yang lemah,”
Selain dianggap lemah secara fisik, perempuan juga acap kali dianggap lemah dalam urusan persetujuan. Dengan kata lain, jika perempuan memiliki satu persetujuan namun laki-lakinya tidak setuju maka persetujuan perempuan itu bisa saja pudar.
“Konstruksi sosial menempatkan persetujuan perempuan itu tidak sama posisinya dengan persetujuan laki-laki. Sehingga ketika perempuan mengatakan tidak pada satu hal, tapi karena persetujuannya dianggap lemah akhirnya tetap dilakukan oleh laki-laki.”
Hal ini semakin diperparah jika melibatkan modus pembuktian cinta. Jika seorang perempuan sudah sayang pada pasangannya ia akan sulit menolak apa yang diinginkan laki-laki itu. Misal, ketika laki-laki meminta sentuhan atau hal lainnya dengan dalih sebagai pembuktian cinta dari si perempuan.
“Sentuhan laki-laki yang tidak diinginkan oleh perempuan adalah salah satu bentuk pelecehan seksual.”
Advertisement
Ketimpangan Relasi
Ketimpangan relasi terjadi ketika laki-laki merasa memiliki kontrol terhadap perempuan sehingga menjadikan pasangannya sebagai objek kekerasan seksual.
Ketimpangan terjadi ketika laki-laki menginginkan seks dan tidak mendapatkan persetujuan dari perempuan. Penolakan ini kemudian dianggap sebagai perlawanan dari objek seksual.
“Apalagi jika laki-laki tersebut adalah atasan atau seniornya, baik di organisasi maupun di dunia kerja. Ini semakin menambah ketimpangan dalam relasi romantis,” pungkasnya.
Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu
Advertisement