Naik 54 Persen, E-Commerce RI Bukukan Pendapatan hingga USD 32 Miliar di 2020

Pertumbuhan pesat pendapatan e-commerce ditunjang oleh peningkatkan konsumen digital pada 2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Nov 2020, 12:50 WIB
Ilustrasi e-Commerce (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - E-commerce berhasil memperoleh kenaikan pendapatan hingga 54 persen atau menjadi USD 32 miliar pada 2020, dari USD 21 miliar pada 2019. Sebagaimana yang tertuang dalam laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company di periode tahun ini.

Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf mengatakan, momentum kenaikan pendapatan e-commerce di Indonesia tercermin dari peningkatan 5x lipat jumlah supplier lokal yang mencoba berjualan secara online selama pandemi Covid-19. Menyusul masifnya program digitalisasi UMKM yang diluncurkan pemerintahan Jokowi di masa kedaruratan kesehatan ini.

"Laporan tahun ini menunjukkan e-commerce mengalami kenaikan pendapatan yang pesat mencapai USD 32 miliar atau naik 54 persen. Karena ada program 13 persen UMKM Go online juga dari pemerintah juga," ujar Randy Jusuf dalam webinar Laporan e-Conomy SEA 2020 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, Selasa (24/11).

Selain itu, sambung Randy, pertumbuhan pesat pendapatan e-commerce juga ditunjang oleh peningkatkan konsumen digital pada tahun ini.

Tercatat, ada lebih dari sepertiga konsumen baru dari total eksisting di Asia Tenggara yang mulai memanfaatkan layanan penjualan secara digital karena pandemi Covid-19.

Sementara di Indonesia, ada sebanyak 37 persen konsumen baru digital yang mulai memanfaatkan layanan e-commerce karena pandemi Covid-19.

"Rinciannya, lebih dari setengah konsumen digital baru di tanah air itu berasal dari daerah non-metro dan 93 persen dari mereka berkata akan terus menggunakan setidaknya satu layanan digital setelah pandemi berakhir," terangnya.

Di samping itu, adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah juga turut menyumbang kenaikan pendapatan e-commerce pada tahun ini.

"Untuk waktu online rata-rata per hari selama pandemi untuk tujuan pribadi tercatat meningkat dari 3,6 jam sebelum pandemi, menjadi 4,7 jam selama PSBB, dan kemudian 4,3 jam setelah PSBB," tutupnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Survei MarkPlus: Tren Belanja di E-Commerce Bakal Turun 41,9 Persen Usai Pandemi

Ilustrasi ecommerce, e-commerce, toko online. Kredit: athree23 via Pixabay

Hasil survey MarkPlus, Inc. terkait industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) selama pandemi covid-19 terdapat tiga hal yang diperoleh yakni Perilaku Konsumen (Consumer Behaviour), tempat pembelian (Purchasing Channel), dan tingkat konsumsi pelanggan (Customer consumption).

Survei tersebut dilakukan kepada 105 responden, yang tersebar di Jabodetabek sebanyak 54,3 persen dan non Jabodetabek 45,7 persen dengan usia mayoritas responden  35-44 tahun sebesar 40 persen, kurang dari 25 tahun 21 persen, 25-34 tahun sebanyak 29,5 persen, dan usia lebih 44 tahun sebesar 9,5 persen.

“Untuk hasilnya sendiri ada tiga bagian besar yang akan saya sebutkan,” kata Business Analyst MarkPlus, Inc. Rika Nathania Wijaya dalam MarkPlus The 2nd Series Industry Roundtable (Episode 7) - FMCG Industry Perspective, Jumat (25/9/2020).

Pertama, customer behavior. Kata Rika, walaupun secara umum purchasing power masyarakat menurun selama COVID-19, namun sebanyak 58,1 persen responden mengakui bahwa pengeluaran bulanan untuk kebutuhan sehari-hari mereka selama COVID-19 meningkat.

Selain itu, selama masa pandemi responden di area Non-Jabodetabek memiliki frekuensi belanja yang lebih tinggi sekitar 4 kali per bulan atau sebesar 27 persen, dibanding responden di area Jabodetabek 17,5 persen.

“Hal ini dikarenakan aturan PSBB di Non Jabodetabek lebih longgar, sehingga responden masih dapat sering berbelanja di offline channel,” ujarnya.

Kedua, Purchasing Channel. Minimarket (66,7 persen) dan E-commerce (53,3 persen) banyak digunakan selama masa COVID-19 karena kemudahannya yang diberikan. Namun setelah pandemi usai, offline channel akan kembali menjadi pilihan utama masyarakat.

“Dimana pembelanjaan di supermarket akan meningkat menjadi 70,5 persen dibandingkan selama masa pandemi yaitu sebesar 55,2 persen.

Sementara perbelanjaan di E-commerce setelah pandemi usai akan menurun ke 41,9 persen. Hal ini dikarenakan experience dalam berbelanja masih penting bagi masyarakat dan sudah tidak ada lagi kekhawatiran terhadap virus COVID-19.

Ketiga, Customer consumption. Semenjak merebaknya COVID-19 generasi yang lebih muda (<25 tahun) menjadi lebih perhatian terhadap kesehatan dibanding generasi yang lebih tua. lantaran sebagai upaya mempertahankan pola hidup sehat segmen berusia <25 tahun mengurangi konsumsi gula (38,9 persen), dibanding segmen berusia 25-34 tahun (17,4 persen).

Sebab, selama masa pandemi, segmen berusia 25 tahun lebih banyak membeli produk kesehatan (45,5 persen) dibanding generasi yang lebih tua (kisaran 20-29 persen), karena mereka lebih khawatir terhadap COVID 19 yang disebabkan oleh seringnya mengetahui update berita/iklan melalui TV & media sosial.

“Karena itu, diperlukan juga adanya edukasi yang lebih kepada generasi yang lebih tua terkait kesehatan supaya lebih aware akan bahaya COVID 19 & pentingnya hidup sehat,” pungkasnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya