Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didaulat untuk menjadi dewan juri kehormatan dalam gelaran Grand Final Kompetisi The Asset Manager 2020. Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani meminta kepada seluruh peserta agar bisa memanfaatkan aset negara agar lebih optimal.
Selama ini, pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) banyak melakukan pembangunan. Mulai dari jalan, jalur kereta api, gedung pemerintah, fasilitas umum seperti terminal dan lain-lain itu adalah aset milik negara.
Advertisement
"Dengan anggaran kita mendapatkan aset namun tidak berhenti setelah dibangun, maka kita harus berpikir keras bagaimana memanfaatkan," kata Sri Mulyani dalam sambutannya, Selasa (24/11/2020).
Dia mencontohkan, selama ini banyak aset negara seperti gedung sudah dibangun oleh pemerintah, mulai dari gedung diklat, kampus, hingga rumah sakit. Namun setelah gedung-gedung tersebut selesai, pemanfaatannya kurang optimal.
"Itu perlu terus dioptimalkan ini butuh manager atau kelompok manajer yang memiliki ide kreatif, inovatif, berpikir kritis, tapi produktif. Gimana caranya agar aset ini bisa optimal bisa kerja aset tidak berhenti. Saya selalu gunakan kata asetnya bekerja," katanya.
Bendahara Negara itu menekankan pentingnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki rasa, motivasi, bahwa dia punya keresahan terhadap aset negara. Sehingga tercipta pola pikir yang untuk menggunakan sekaligus memanfaatkan aset menjadi nilai tambah.
"Tidak selalu dalam bentuk uang. Bisa lokasi dijadikan taman sehingga masyarakat bisa interaksi sehingga bermanfaat sosial, fasilitas umum, jualan atau berbagai hal itu yang menurut saya selalu dipikirkan sehingga aset setelah diperoleh dari uang negara tetap kerja keras sehingga kembalikan uang yang dia terima," jelas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Konsep Lembaga Pengelola Investasi Dinilai Lebih Maksimalkan Aset Negara
Sebelumnya, Dirjen Kekayaan Negara, Isa Rachmatarwata, mengatakan konsep pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) lebih mengarah untuk memaksimalkan nilai aset di negara Indonesia.
“LPI kita, itu sebetulnya lebih kepada untuk memaksimalkan nilai aset di negara kita, kemudian juga bisa mendapatkan revenue sebanyak-banyaknya, supaya kita bisa mendapat fund lebih besar untuk membangun,” kata Isa dalam Bincang Bareng DJKN Dukungan Pemerintah Kepada BUMN pada APBN 2020, Jumat (20/11/2020).
Ia menjelaskan secara umum SWF itu ada 3 jenis, pertama SWF yang betul-betul memaksimalkan aset agar aset yang telah dimiliki negara menjadi lebih tinggi nilainya, dan mendapatkan revenue sebanyak-banyaknya.
“Kedua, kami melihat SWF itu untuk berkonsentrasi kepada pembangunan di negara, jadi memang tujuannya adalah cari duit untuk membangun di negara, yang biasanya projeknya itu sejak taraf commercial visible sampai yang tidak visible secara komersial,” jelasnya.
Selain itu, ada sedikit kepentingan di kelas yang kedua, yaitu pembangunan. Karena memang negara Indonesia akan gunakan profit SWF ini untuk membangun negara kita, mungkin tidak ke bidang-bidang yang secara komersial tidak visible.
“Misal, kita mau membangun bangunan RS di daerah 3T dan sebagainya, itu kan nggak komersial visible, itu mungkin kita tidak melihat LPI ke situ,” katanya.
Selanjutnya jenis SWF yang ketiga adalah SWF yang dibuat memang untuk kepentingan stabilitas. kelompok stabilisasi ini biasanya untuk mendukung kebijakan countercyclical dari pemerintah.
“Biasanya pada saat ekonomi bagus, dia akan mencoba mengakumulasi aset, tapi saat ekonomi negaranya terganggu, dia bisa melakukan cash fund untuk aset, supaya cash nya tetap stabil,” ujarnya.
Advertisement