Liputan6.com, Jakarta - Laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company mencatat adanya penurunan pendapatan sektor transportasi online hingga 68 persen atau menjadi USD 3 miliar pada 2020, dari 10 miliar USD pada 2019. Menyusul Penurunan ini akibat terbatasnya mobilitas masyarakat di masa pandemi Covid-19.
"Untuk sektor transportasi online justru mengalami penurunan hingga 68 persen atau menjadi USD 3 miliar pada 2020. Ini karena terbatasnya pergerakan orang," ujar Randy Jusuf dalam webinar Laporan e-Conomy SEA 2020 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, Selasa (24/11/2020).
Advertisement
Selain itu, anjloknya pendapatan sektor transportasi online di dalam negeri juga disebabkan oleh turunnya faktor permintaan akan pemesanan makanan secara daring. Menurut Randy, total penurunan mencapai 18 persen atau menjadi USD 5 miliar, dari USD 6 miliar pada 2019.
"Penurunan sektor transportasi online ini terjadi di tengah pandemi Covid-19. Karena tadi adanya penurunan akan pengantaran makanan," imbuh dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
hanya Sementara
Kendati demikian, anjloknya pendapatan sektor transportasi online diyakini hanya bersifat sementara. Menyusul jika meningkatnya jumlah pengguna internet baru di Indonesia akibat pandemi Covid-19.
"Di Indonesia ada 37 persen konsumen digital menggunakan layanan baru karena Covid-19. Lebih dari setengah konsumen digital baru di tanah air 56 persen berasal dari daerah non-metro. Jadi, ke depannya akan ada perbaikan pendapatan (transportasi online)," jelas dia.
Pun, tanda-tanda pemulihan ekonomi global mulai terlihat pada kuartal III 2020. Hal ini tak lepapas karena mulai adanya penyesuaian aktivitas ekonomi di masa kedaruratan kesehatan akibat Covid-19.
"Untuk itu, diperkirakan sektor transportasi online akan bertumbuh dengan CAGR 36 persen dan mencapai USD 15 miliar pada 2025," tutupnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement