Liputan6.com, Jakarta November 2020 diwarnai dengan laporan efektivitas kandidat vaksin COVID-19 yang cukup menggembirakan. Pada 23 November 2020, AstraZeneca melaporkan hasil sementara (interim result) kandidat vaksin mereka. Untuk vaksin AZD1222 ini mereka menggunakan dua pilihan dosis.
Pilihan pertama menggunakan dosis lebih rendah yang diberikan pada 2.741 relawan. Dosis pertama ini dilaporkan memberi efektivitas 90 persen. Sementara pilihan kedua dengan dosis lebih tinggi, diberikan pada 8.895 relawan memberi hasil 62 persen. Dengan demikian efektivitas rata-rata adalah 70 persen. Dari total 11,636 relawan ini ditemukan 131 kasus COVID-19, yang dijadikan dasar penghitungan efektifitas vaksin.
Advertisement
Pihak AstraZeneca yang bekerja sama dengan Oxford University ini mungkin akan menilai lebih lanjut tentang dosis vaksin COVID-19 yang akan dipilih, yang akan mempengaruhi hasil akhir efektivitas vaksin mereka. Yang jelas, laporan beberapa waktu yang lalu menunjukkan bahwa vaksin dari Pfizer Inc PFE.N, BioNTech disebutkan mempunyai efektifitas 95 persen, berdasarkan pada 170 kasus COVID-19 yang mereka temukan. Lalu ada vaksin Moderna yang dinyatakan menunjukkan efektivitas sebesar 94.5 persen berdasarkan analisis pada 95 kasus COVID-19 pada uji klinik mereka. Dilaporkan pula bahwa vaksin Sputnik juga memberi efektifitas 92 persen, walau memang hanya berdasarkan 20 kasus COVID-19 yang mereka temukan.
Dapat disampaikan di sini bahwa pembuatan vaksin Pfizer Inc & BioNTech serta Moderna menggunakan pendekatan mRNA, suatu tehnologi amat baru untuk pembuatan vaksin. Sementara itu, vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Sputnik menggunakan mekanisme non-replicating viral vector.
Keempat produsen vaksin ini juga menyatakan bahwa vaksinnya aman, hanya terjadi efek samping ringan yang dapat ditolerir. Di pihak lain, produsen vaksin belum dapat memberi jawaban pasti tentang berapa lama kekebalan akan bertahan dalam tubuh manusia yang sudah disuntik vaksin mereka, dan ini tentu hal amat penting dalam upaya menanggulangi pandemi.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Pentingnya Laporan Efektivitas Vaksin
Ada tiga langkah berikut yang akan dilakukan produsen-produsen vaksin ini. Pertama, mereka tentu akan menggunakan hasil sementara untuk mendaftarkan vaksinnya, bisa ke National Regulatory Authority masing-masing negara untuk mendapatkan Emergency Use of Authorization (EUA), dan atau bisa juga ke WHO untuk kemungkinan masuk dalam Emergency Use of Listing (EUL). Kedua, karena ini masih hasil sementara, maka uji klinik fase tiga akan diteruskan sampai selesai dan kita akan melihat hasil akhirnya secara lebih lengkap nanti. Ketiga, hasil sementara ini juga akan dipublikasikan di peer reviewed journal sehingga kredibilitas ilmiah dapat terjaga.
Selain itu, para produsen vaksin kini sudah mulai menyebutkan berapa banyak yang akan mereka produksi kalau izin edar sementara sudah keluar. Sebagian juga sudah menyebutkan ancar-ancar harga jualnya, dan sudah ada pula pembicaraan mendalam dengan beberapa negara untuk kemungkinan membelinya.
Walaupun masih berupa hasil sementara, tetapi laporan efektivitas vaksin sampai 90 persen dari keempat produsen ini jelas memberi harapan baik. Tentu kita masih harus menunggu hasil akhir sampai tuntas, juga harus tahu lama proteksi yang terjadi, serta bagaimana aspek produksi dan distribusinya, tapi memang angka efektivitas yang tinggi akan memberi harapan baik.
Di sisi lain, kita belum tahu seberapa besar efektivitas vaksin-vaksin lain yang sekarang juga masih dalam tahap uji klinik fase tiga. Sebagian memang sudah melaporkan hasil uji klinik fase satu dan duanya, yang melaporkan peningkatan antibodi pada kelompok yang diberi vaksin. Tetapi untuk dampak yang lebih jelas terhadap perlindungan agar tidak terkena COVID-19, maka tentu harus menunggu uji fase tiga, setidaknya hasil sementaranya.
Laporan tentang efektivitas vaksin dengan berbagai pertimbangannya tentu akan jadi salah satu masukan penting dalam menentukan vaksin mana yang akan digunakan di suatu negara. Parameternya memang bukan hanya efektivitas, ada berbagai faktor lain, semuanya dengan tujuan akhir mendapat kekebalan kelompok yang memadai untuk memutus rantai penularan.
Penulis adalah Prof Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Paru FKUI. Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes
Advertisement