Cuma Bisa Kerja Online, Menteri Basuki Curhat ke Menhub Budi Karya

Menteri Basuki mengatakan dirinya yang terbiasa bekerja di lapangan cemas lantaran banyak kegiatan terhenti selama pandemi ini.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 24 Nov 2020, 15:35 WIB
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat rapat kerja dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (15/7). Rapat membahas Laporan Hasil Pembahasan BPK Semester I dan II/2019. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono bercerita seputar kegelisahannya selama masa pandemi Covid-19 ini. Hal tersebut diutarakan Menteri Basuki saat membuka pameran Indonesia Infrastructur Week 2020 secara virtual, Selasa 24 November 2020.

"Saya menyambut baik dan sangat mengapresiasi kepada Kadin dan LPJKN yang masih terus semangat melaksanakan Indonesia Infrastructur Week tahun ini dengan Beton Indonesia melalui virtual," kata Basuki, Selasa (24/11/2020).

Pada kesempatan itu, Menteri Basuki mengatakan dirinya yang terbiasa bekerja di lapangan cemas lantaran banyak kegiatan terhenti selama pandemi ini. Mayoritas pekerjaan saat ini memang dilaksanakan secara virtual.

"Walaupun dengan digital ini kan semua hal bisa dilakukan, mungkin dikatakan lebih efisien. Tapi kadang kita sebagai makhluk sosial itu ada hal yang kurang menurut saya," ujar dia.

Dia pun lantas menceritakan kegelisahannya kepada Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi. Menteri Basuki lantas bertandang ke rumah Menhub Budi yang letak huniannya saling berdekatan di kawasan perumahan menteri di Jalan Widya Chandra, Jakarta.

"Saya kemarin hari Minggu malem saya gelisah, udah lama enggak ketemu, terus saya telepon Pak Budi Karya (Sumadi, Menteri Perhubungan), karena kan rumahnya dekat," ungkap Menteri Basuki.

"Saya enggak ngapa-ngapain juga, udah saya main ke situ. Saya enggak ngobrol pekerjaan, saya hanya ngobrol sama beliau, 3 jam dari jam 20.00 sampai jam 23.00. Ternyata itu kita beda rasanya walaupun kita bisa ketemu melalui Zoom, tapi memang rasanya beda," tutur Menteri Basuki.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Cerita Menteri PUPR, Lika Liku Bangun Infrastruktur di Indonesia

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Seskab Pramono Anung meninjau ruas jalan Trans Jawa seusai peresmian di Jawa Timur, Kamis (20/12). Jokowi meresmikan empat ruas tol Trans Jawa seksi Jawa Timur (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono membeberkan tantangan membangun infrastruktur di Indonesia karena kondisi geologisnya yang unik.

Pemerintah memang melakukan pembangunan infrastruktur secara intensif 5 tahun belakangan ini. Dalam kurun waktu ini, perlu dilakukan banyak penyesuaian dalam merancang desain infrastruktur, mulai dari peta gempa hingga penggunaan teknologi.

"Kami menerbitkan peta gempa tahun 2010, lalu dalam 7 tahun (diperbarui) jadi peta gempa 2017. Ternyata banyak sesar baru yang perlu diplot dalam peta gempa ini, ada 200 sesar baru," kata Basuki dalam Peluncuran Buku An Introduction Into The Geology of Indonesia oleh Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata, Senin (16/11/2020).

Sebagai informasi, jika suatu wilayah dilewati sesar atau patahan aktif, maka hal itu mengindikasikan wilayah tersebut rawan gempa. Dan menurut Basuki, sangat sulit mencari lahan yang bebas dari sesar aktif di Indonesia.

Tentu saja, update peta gempa harus dilakukan secara berkala agar kriteria pembangunan infrastruktur bisa teradaptasi dengan baik.

"Waktu mau membangun bendungan dibilang tidak bisa bangun karena ada sesar. Saya bilang, sebutkan 1 saja bendungan di Indonesia yang nggak melalui sesar," katanya.

Basuki lalu mencontohkan lagi proyek infrastruktur lain, yaitu Bendungan Jatibarang. Menurutnya, wilayah pembangunan bendungan tersebut 'sepi' gempa, berdasarkan data peta gempa.

"Ternyata lihat di lapangan, ada sesarnya. Kami memutuskan tetap dibangun, dan Insya Allah aman sampai sekarang," katanya.

Selain itu, pembangunan tol juga dilalui dengan menjumpai karakteristik tanah yang beragam, sehingga butuh teknologi yang berbeda untuk itu. "Tol Trans Sumatera, dari Bakauheni sampai Lampung, sekarang sampai Dumai, itu beda-beda. Belum lagi sampai Banda Aceh," katanya.

Dengan hadirnya buku introduksi yang ditulis Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata, Basuki yakin referensi pemerintah dari segi geohazard bisa lebih kaya, sehingga perencanaan pembangunan infrastruktur ke depan dapat dilakukan dengan lebih matang.

"Saya ucapkan terima kasih kepada beliau (Koesoemadinata) dan timnya yang berhasil membukukan buku ini, untuk kami lebih ke segi geohazard dalam pembangunan infrastruktur. Saya yakin buku ini jadi pegangan ke depannya," ujar Basuki.

3 dari 3 halaman

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya