Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melambung dan ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa pekan ini. Dari 10 sektor saham pembentuk IHSG, hanya ada satu sektor yang melemah.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (24/11/2020), IHSG ditutup naik 48,26 poin atau 0,85 persen ke posisi 5.701,02. Sementara, indeks saham LQ45 juga naik 0,69 persen ke posisi 907,88.
Advertisement
Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.710,38 dan terendah 5.667,36.
Pada sesi penutupan pedagangan, 291 saham perkasa sehingga membawa IHSG di zona hijau. Sementara itu, sebanyak 171 saham melemah dan 171 saham diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham sangat ramai. Total frekuensi perdagangan saham 1.170.088 kali dengan volume perdagangan 29,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 13,9 triliun.
Investor asing jual saham Rp 1,84 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.147.
Dari 10 sektor saham pembentuk IHSG, hanya ada satu sektor yang melemah yaitu pertambangan yang turun 0,29 persen. Penguatan dipimpin oleh sektor kontruksi yang naik 1,59 persen. Kemudian disusul sektor industri dasar yang melesat 1,43 persen dan sektor perdagangan naik 1,36 persen.
Saham yang menguat sehingga membawa IHSG ke zona hijau antara lain PANR yang naik 34,68 persen ke Rp 167 per lembar saham. Kemudian PPRO yang naik 34,29 persen ke Rp 94 per lembar saham dan MLPL yang yang naik 24,07 persen ke Rp 67 per lembar saham.
Saham yang melemah antara lain AIMS yang melemah 6,90 persen ke Rp 135 per lembar saham. Kemudian BALI turun 6,88 persen ke Rp 1.015 per lembar saham dan IFSH turun 6,84 persen ke Rp 354 per lembar saham.
Saksikan video pilihan berikut ini:
IHSG Diyakini Bisa Balik ke Level 6.000, Ini Alasannya
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa kembali naik ke level 6.000 dalam waktu dekat.
Hal ini dikarenakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pihaknya untuk menstimulasi ekonomi seperti pengetatan trading halt dan membolehkan emiten membeli kembali saham tanpa RUPS sehingga fundamental emiten lebih baik dan muncul sentimen positif.
Menurutnya, kebijakan yang telah diambil baik di sektor riil maupun moneter telah memberikan confident (rasa percaya diri) di pasar modal sehingga IHSG bisa meningkat. Tercatat, pada 23 November, IHSG menyentuh level 5.652.
"Dan kita harapkan bisa mencapai 6.000 karena memang pada saat sebelum turun karena Covid-19 itu di atas 6.000," ujar Wimboh dalam webinar CEO Networking, Selasa (24/11/2020).
Wimboh juga mendukung jumlah emiten saham domestik agar terus bertambah. Meski levelnya kecil, hal ini dinilai dapat menjaga integritas pasar modal dan meningkatkan investor dalam negeri, sehingga pasar modal Indonesia tidak perlu ketergantungan dengan portofolio saham dari luar negeri.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi investor ritel dalam negeri dengan basis yang luas sehingga harus dioptimalkan.
"Kami mengharapkan masih banyak lagi emiten-emiten yang pipeline dan juga investor ritel dengan teknologi kita harapkan bisa lebih marak lagi ke depan," tuturnya.
Advertisement