Bisnis Online Batu Unik Selamatkan Desa Miskin di Pegunungan Tiongkok

Sebelum bisnis online batu unik tenar, pasokan listrik bahkan tak stabil di desa terbilang miskin tersebut.

oleh Asnida Riani diperbarui 25 Nov 2020, 03:02 WIB
Batu berwarna biru kehijauan yang laris di jual secara daring. (dok. laman Ali Express)

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Jiang Jiaming, orang pertama yang menghasilkan banyak uang dengan bisnis online menjual batu unik berwarna biru kehijauan. Ia menjajakannya dari Xiaying, sebuah desa pegunungan kecil di daerah Yunxi, Shiyan, Provinsi Hubei, Tiongkok.

Melansir laman China Daily, Selasa (24/11/2020), Jiang pernah bekerja sebagai pedagang kaki lima, buruh konstruksi, memasang lift, dan menjual suku cadang mobil, sambil bepergian ke berbagai kota. Tapi, 10 tahun kerja keras tak membuatnya mengantongi penghasilan sebanyak yang diharapkan.

Pada 2011, ia mengetahui bahwa salah satu teman sekelasnya menghasilkan banyak uang di Lhasa, wilayah otonom Tibet, karena bisnis online menjual makanan khas Tibet dan batu di Taobao, melalui e-commerce. Jiang pun terinspirasi.

"Internet tak ada batasnya. Jadi, mengapa saya harus keluar rumah jika semua bisnis bisa dilakukan di sini?" Jiang mengatakan.

Ada tambang berusia seribu tahun di dekat Xiaying yang merupakan pusat produksi utama batu berwarna biru kehijauan di kota Shiyan. Sebagai seorang lulusan sekolah menengah, Jiang tak tahu apa-apa tentang internet.

Tapi, ia percaya ini adalah kesempatan bagus memulai bisnis karena tak perlu membayar uang sewa toko. Ia belajar tentang e-commerce 15 sampai 20 jam sehari, sebelum akhirnya membuka toko online berjualan batu berwarna cantik pada Oktober 2012, dan hasilnya di luar bayangan semula.

Selama tahun pertamanya sebagai pengusaha, ia memperoleh 500 ribu yuan atau setara Rp1 miliar, membeli rumah dan mobil, menikah, sekaligus jadi ayah dari seorang anak. Ceritanya menyebar, dan pada 2013, lebih dari 20 orang di Xiaying menjalani bisnis online menjual batu unik dengan total penjualan melebihi 10 juta yuan.

Pada 2017, penjualan e-commerce desa mencapai sekitar 100 juta yuan. Pelanggannya berada di dalam dan luar negeri.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perbaiki Kualitas Hidup

Batu berwarna biru kehijauan yang laris di jual secara daring. (dok. laman Ali Express)

Selama Festival Musim Semi tahun ini, musim puncak penjualan batu tersebut, bisnis terdampak pandemi. Desa itu ditutup, dan semua mobil dilarang masuk atau keluar. Untuk menyelesaikan pesanan tepat waktu, Li Yingjun, seorang penduduk Xiaying dan penjual e-commerce, harus berjalan ke kota membawa batu pesanan di punggungnya sebelum pengiriman.

"Bisnis itu dihasilkan dari internet, dan yang terpenting adalah kejujuran," ujarnya. Li membawa batu selama sebulan, berjalan sejauh 750 kilometer.

Liu Tingzhou, sekretaris Partai Xiaying, mengatakan lebih dari 80 persen penduduk desa tetap menjalankan bisnis mereka di rumah melalui siaran langsung. Jumlah pesanan tampaknya tak turun selama pandemi.

Banyak anak muda yang belajar atau bekerja di tempat lain kembali ke kampung halaman untuk mengikuti gelombang bisnis tersebut. Dari 339 keluarga lokal desa, sekitar 139 terlibat dalam e-commerce.

Xiaying pernah jadi desa yang sangat miskin. Liu mengatakan bahwa sebelum 2012, sekitar 90 persen penduduknya adalah pekerja migran yang pergi untuk mendapat bayaran lebih baik di tempat lain. Jalanan berlumpur dan pasokan listrik pun tak stabil.

Pada 2014, Xiaying pertama kali ditetapkan sebagai Desa Taobao di provinsi itu. Setelahnya, barisan bangunan dibangun, dan jalan menuju kota direnovasi, serta diberi nama baru, Jalan Taobao.

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya