CDC Berencana Pangkas Masa Karantina Pasien COVID-19 Jadi 7 Hari

Jauh-jauh hari CDC sudah berencana memangkas masa karantina COVID-19 menjadi 10 bahkan tujuh hari

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 25 Nov 2020, 07:00 WIB
Judoka Kilian Le Blouch dan pacarnya Sarah Harachi berlatih di ruang tamu apartemen mereka saat karantina wilayah atau lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19 di Chatenay-Malabry, dekat Paris, Prancis, 3 April 2020. (Photo by FRANCK FIFE/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) berencana memangkas masa karantina COVID-19 menjadi tujuh hari.

CDC selama ini merekomendasikan waktu karantina setelah terpapar COVID-19 adalah 14 hari.

Namun, setelah mengkaji bukti-bukti yang ada, dan CDC memiliki bukti bahwa periode isolasi dapat dipersingkat jika pasien dites COVID-19 selama mereka dikarantina.

"Izinkan saya mengonfirmasi bahwa kami terus meninjau bukti dan kami memiliki bukti bahwa karantina yang lebih pendek dilengkapi dengan tes mungkin dapat memersingkat periode karantina dari 14 hari menjadi lebih pendek," kata seorang pejabat tinggi kesehatan Amerika Serikat pada Selasa, 24 November 2020, waktu setempat.

Dikutip dari situs Channel News Asia, Rabu, 25 November 2020, pejabat kesehatan AS tersebut mengatakan bahwa keputusan untuk mengubah pedoman karantina pasien COVID-19 menjadi tujuh hari belum final.

Dia, mengatakan, para ahli masih meninjau data guna memastikan perubahan seperti itu tidak akan membahayakan pasien dan orang lain.

Meski demikian, Direktur CDC, Dr Robert Redfield, dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan berencana memangkas masa karantina pasien COVID-19 menjadi 10 hari bahkan tujuh hari.

Menurut Robert, kuncinya ada di testing. Dengan kata lain, masa karantina dapat diperpendek asal pasien harus sering menjalani tes guna memastikan kondisinya.

"Kami tidak ingin orang dikarantina selama 14 hari jika tidak perlu," katanya.

 

Simak Video Berikut Ini


Infografis COVID-19

Infografis Libur Panjang dan Potensi Klaster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya