Liputan6.com, Jakarta - Beberapa bulan ini, istilah travel bubble wara-wiri menghiasi narasi perjalanan di masa pandemi corona COVID-19. Tak bisa dipungkiri, krisis kesehatan global memang memengaruhi perjalanan, terutama rute internasional.
Dengan pertimbangan kesehatan dan keselamatan, mengingat perbedaan keefektifan penanggulangan wabah virus corona baru di setiap negara, koridor-koridor perjalanan pun dibuat. Jadi, apa itu travel bubble?
Mengutip laman Times of India, Rabu, 25 November 2020, travel bubble, juga dikenal sebagai travel bridge, adalah sejenis pengaturan perjalanan yang memungkinkan warga negara tertentu melakukan perjalanan ke negara lain.
Baca Juga
Advertisement
Dengan travel bubble, masa tunggu bagi pelancong yang datang dari negara tempat virus telah terbendung, tak lagi ada. Namun demikian, kebijakan ini bisa saja berganti. Misal, pada travel bubble Selandia Baru-Australia, di mana warga Selandia Baru yang pulang tetap harus swakarantina.
Tapi, kedua negara perlu memiliki kepercayaan satu sama lain untuk membangun pengaturan perjalanan seperti itu.
Seorang peneliti Universitas Oxford menjelaskan istilah seperti ini, "Dalam travel bubble, sekumpulan negara setuju untuk membuka perbatasan satu sama lain, tapi tetap menutup perbatasan ke semua negara lain."
"Jadi, orang bisa bergerak bebas di dalam gelembung, tapi tak bisa masuk dari luar. Idenya adalah untuk memberi kebebasan tambahan pada orang-orang tanpa menyebabkan kerugian tambahan," sambungnya soal pemahaman travel bubble.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Apa Manfaatnya?
Membentuk travel bubble antara dua atau lebih negara selalu bermanfaat untuk pergerakan ekonomi. Secara langsung, kebijakan ini meningkatkan industri perjalanan dan pariwisata, serta perhotelan di negara-negara bersangkutan.
Di samping, publik telah melihat rentatan momen haru saat travel bubble diberlakukan. Keluarga yang terpaksa terpisah karena pandemi corona COVID-19 kembali berkumpul. Efek emosional yang tak ternilai angka.
Negara yang terlibat travel bubble biasanya memiliki jumlah kasus serupa. Juga, negara yang dianggap berhasil menanggulangi wabah dengan melaporkan sedikit, atau dalam kasus Selandia Baru, tak ada catatan kasus sama sekali.
Advertisement