Liputan6.com, Jakarta Skenario bisa dikatakan sebagai tulang punggung sebuah film atau tayangan serial. Sebagus apa pun sutradara dan aktor menghidupkan cerita, skenario yang lemah bisa memberikan hasil timpang.
Baru-baru ini, Netflix bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengadakan workshop virtual penulisan skenario. Pembicaranya adalah Director Creative Talent Investment & Development Netflix, Christopher Mack, bersama penulis naskah Salman Aristo sebagai pemandu tanya jawab.
Baca Juga
Advertisement
Christopher Mack mengungkap sejumlah tips dalam menulis naskah skenario. Yang pertama, adalah menyusun panduan cerita sepanjang 15-30 halaman sebelum mulai menulis naskah.
“Hindari keinginan untuk langsung menulis naskah, lalu mulai memikirkan jalan ceritanya belakangan karena hanya akan membuat kita frustasi," tuturnya.
Menyusun Panduan
Yang pertama harus dimasukkan dalam panduan ini, adalah pertanyaan seputar cerita. Seperti siapa karakternya, apa yang mereka inginkan, bagaimana cara memperolehnya, apa yang menghalangi mereka, juga apa risiko dan konsekuensi yang mereka hadapi.
Selanjutnya adalah membuat sinopsis yang mengidentifikasikan siapa tokoh utama dan apa yang ia inginkan, seperti apa konfliknya, dan apa yang dipertaruhkan sepanjang cerita ini.
Advertisement
Latar Cerita
Kemudian, penulis harus memberi penjelasan dari latar di dalam cerita itu. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah lokasi dan waktu terjadinya cerita, juga pekerjaan para tokohnya.
Riset yang kuat, sangat dibutuhkan untuk memperkaya latar dalam cerita ini. Bila terjadi pada masa lalu, maka perspektif sejarah bisa memperkuat elemen ini. Sementara bila berlatar fantasi atau masa depan, penulis bisa menciptakan mitologi sendiri untuk ceritanya. "Semakin otentik, akan semakin membuat orang larut dalam cerita," tuturnya.
Penulis juga punya tugas untuk menentukan tone atau suasana dalam film.
Karakter Tak Harus Disukai
Hal lain yang krusial adalah desain karakter. Yang perlu dipikirkan penulis naskah adalah latar belakang sang tokoh, sifat, dinamika hubungannya dengan karakter lain, serta arc atau perkembangan tokoh ini dari awal hingga akhir cerita.
Christopher Marck menjelaskan bahwa penulis tak perlu berusaha mati-matian untuk membuat karakternya disukai pemirsa. Bahkan tak jarang karakter yang sebenarnya punya sifat menyebalkan, justru menarik perhatian penonton. Salah satunya adalah karakter Fleabag dalam serial bertajuk sama.
"Tantangannya bukan untuk membujuk penonton agar menyukai sebuah karakter, melainkan mengajak mereka untuk memahami mereka, dengan proses menghibur yang berharga bagi penonton. Ini adalah trik klasik, manusiawi dan membuka kesempatan untuk pendalaman karakter," kata Christopher Marck, mengutip Phoebe Waller-Bridge, sang kreator dan bintang Fleabag.
Advertisement
Outline
Langkah terakhir, adalah menentukan outline untuk memberikan rincian bagaimana sebuah cerita dimainkan.
Di pengujung penjelasannya, Christopher Marck mengungkap kutipan mengenai penceritaan. "Sebuah cerita berpusat di emosi. Apabila Anda tidak bisa membuat pendengar merasakan sesuatu, rasa sedih bahkan marah...Anda telah gagal sebagai storyteller."
Baca Juga