Liputan6.com, Jakarta Obesitas seperti yang dialami mendiang legenda sepakbola Argentina, Diego Maradona (60) rentan terkena serangan jantung. Sebelum mengembuskan napas pada Rabu, 25 November 2020, Maradona memang punya sejumlah masalah kesehatan.
Maradona berjuang melawan obesitas yang dialaminya. Pada tahun 2005, ia menjalani operasi bypass lambung demi mengurangi berat badan. Pada waktu itu, Maradona memangkas lebih dari 50 kg berat badannya.
Baca Juga
Advertisement
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Vito A Damay menanggapi kabar Diego Maradona yang meninggal dunia. Salah satunya, menyoroti obesitas dan gaya hidup Maradona yang ketergantungan alkohol.
"Kalau ini jelas (pengaruh dari) obesitas ya, ditambah alkoholik. Jadi, faktor risiko (potensi terkena) serangan jantungnya sudah bisa diprediksi," kata Vito kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, Kamis (26/11/2020).
"But still he is a legend, one of the best in football (tetapi dia tetap seorang legenda, salah satu yang terbaik di sepakbola)."
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Lemak Jahat dan Peradangan ke Jantung
Vito menambahkan, lemak jahat dari obesitas mengakibatkan peradangan ke jantung, bahkan otak. Seseorang pun akan rentan terkena serangan jantung dan stroke.
"Lebih tepatnya, obesitas bukan istilahnya 'memicu' serangan jantung. Tapi lemak jahatnya menumpuk dan menabung (semakin banyak)," tambah dokter yang berpraktik di Siloam Hospital Lippo Village Karawaci.
"Obesitas artinya, lemak-lemak jahat di perut sudah memberikan zat inflamasi (peradangan) ke jantung dan otak, sehingga rentan stroke dan serangan jantung."
Selain itu, obesitas termasuk faktor utama yang memengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Lemak jahat menimbulkan penumpukan plak di dinding arteri, yang menyebabkan serangan jantung.
"Obesitas sendiri saja adalah faktor independen jantung koroner dan stroke," jelas Vito.
Advertisement