Liputan6.com, Jakarta Mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan menilai kehadiran vaksin tidak lantas menyelesaikan berbagai masalah yang melanda Indonesia, imbas dari pandemi Covid-19.
Memang saat ini, kehadiran vaksin virus corona atau Covid-19 tengah dinantikan lantaran dianggap bisa mengakhiri pandemi.
Advertisement
"Vaksin ini efektif atau enggak? Saya bukan ahlinya memang tapi yang ini saya sampaikan kita di masa pandemi ini pelan-pelan membawa pada krisis yang panjang," kata Jonan dalam Executive Lecture #115 bertajuk Membangun Manusia Indonesia yang Sehat, Humanis, Profesional dan Berintegritas, Jakarta, Kamis (26/11) .
Jonan pun menyoroti proses vaksinasi kepada masyarakat Indonesia. Menurutnya vaksinasi ini bakal memakan waktu yang tidak sebentar.
Jonan mengasumsikan, bila pemerintah menargetkan 2/3 penduduk Indonesia divaksin, maka harus ada 180 juta penduduk yang divaksin.
Bila proses vaksin diutamakan di 10 provinsi terbesar dengan target satu hari 1 juta orang dapat vaksin, maka membutuhkan waktu 180 hari melakukan vaksinasi.
"Kalau 1 hari 1 juta vaksinasi di 10 provinsi, maka butuh waktu 180 hari. Padahal swab test yang dilakukan saat ini pun dalam satu hari tidak sampai 500 ribu," ungkap Jonan.
Usai vaksinasi dilakukan, kondisi perekonomian nasional juga tidak serta merta mengalami pemulihan. Pasca pandemi pun tatanan kehidupan manusia juga berubah.
Saksikan Video Ini
Kondisi Tak Lagi Sama
Mantan Menteri Perhubungan ini menilai dunia pun tak lagi sama setelah pandemi. Banyak kegiatan bisnis yang berubah. Semisal pola konsumsi masyarakat. Maka segala bentuk kebijakan dan bisnis harus dipertimbangkan lagi.
"Dunia tidak akan sama lagi, properti, bisnis tidak akan sama. Ini harus dipertimbangkan," kata dia.
Dia sepakat dengan para pakar yang menyebutkan dalam beberapa waktu terakhir pandemi semakin cepat terjadi. Semisal sars, flu burung sampai virus corona.
Kondisi ini dipicu ketidakseimbangan ekosistem atau alam. Sehingga semua pihak perlu duduk bersama membahas masalah lingkungan. Baik itu terkait perubahan iklim atau kondisi bumi yang perlu diantisipasi.
"Apakah kita bisa membantu ketidakseimbangan alam, carbon to change atau climate change," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement