Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo menilai kemajuan digitalisasi di Tanah Air, tak diimbangi dengan budaya dan pemikiran kritis. Dia menyebut, saat ini, jarang ada pemikiran kritis yang dihasilkan oleh masyarakat.
Benny pun mengingatkan, pesatnya perkembangan dunia digital jika tak diimbangi dengan nalar kritis, justru tidak akan memajukan bangsa.
Advertisement
"Jika tidak ada pemikiran kritis dalam penggunaan kemajuan teknologi khususnya di dunia digital. Kecanggihan teknologi ini bukan untuk memajukan bangsa atau membangun peradaban melainkan menghasilkan produk kontraproduktif," tegas Benny dalam keterangan tulisnya, Kamis (26/11/2020).
Menurut dia, masalah utama di dunia maya adalah sandiwara. Pasalnya, netizen merasa sikapnya di dunia maya tidak terdampak langsung di dunia nyata. Oleh karena itu, lahirlah komentar keras hingga berupa ancaman yang bisa merusak martabat manusia.
"Banyak orang yang dapat bersandiwara di dunia digital karena mereka merasa tidak akan kena dampak langsung. Komentar keras, mengancam, dan merusak martabat kemanusiaan. Akan tetapi, dilakukannya dia sadar hanya di dunia maya dan identitas dirinya tersamarkan," ujar pria yang akrab disapa Romo Benny ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tokoh Lahir karena Sarkasme
Dunia maya, lanjut Benny, ibarat panggung dengan banyak kesadaran palsu, sehingga banyak sandiwara yang terjadi.
"Sebenarnya orang bersandiwara menjadi pemberani dan menjadi hero, padahal dalam kehidupan nyatanya tidak demikian," tegas Benny.
Benny menambahkan, banyak tokoh-tokoh yang tiba-tiba lahir bukan karena prestasi, pemikiran, dan lainnya melainkan sarkasme yang mengejar target dan rating. Untuk menghadapi permasalahan ini diperlukan pemahaman atau pendidikan literasi media.
"Dunia digital banyak manipulasi dan kepalsuan. Caranya untuk mengatasi ini adalah adanya kesadaran literasi media," ujar Benny.
Advertisement