Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjamin mutu dari vaksin Covid-19 yang diproduksi PT Bio Farma (Persero). Pernyataan itu diberikan setelah dilakukan peninjauan langsung produksi vaksin di Bandung.
Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, ia telah berbincang dengan Bio Farma untuk proses aspek mutu, khasiat dan keamanan vaksin Covid-19.
Advertisement
"Dapat kami laporkan, Alhamdulillah mutu vaksin dari BPOM bersama Bio Farma dan MUI aspek halal, dapat dikatakan produk itu dapat diproduksi dengan baik," ujar Penny, Kamis (26/11/2020).
Penny menyampaikan, Bio Farma juga berupaya untuk mendapatkan data klinis fase 3 yang dilakukan di Bandung, dan hasil uji klinik di negara lain seperti di Brazil.
"Dapat kami laporkan, hasil uji klinik hasil dari analisa sampel darah, analisa imuginitas, parameter ukur untuk scientific aspek keamanan, didapatkan aspek keamanan menunjukan data lebih jauh lagi," ungkapnya.
Tak hanya bermutu dan aman, ia juga menekankan adanya khasiat yang baik. Itu dapat dilihat dari imuginitas bagaimana vaksin bisa timbulkan antibody di badan pengguna.
"Itu kemudian bisa dinetralisir ketika kita terpapar virus. Itu ada tahapan pengambilan sampel. Dan netralisasi dari vaksin terhadap virus bisa lebih lama. Itu buruh beberapa waktu, pemantauan 80 hari, suntikan pertama, 3 bulan 6 bulan," paparnya.
Data Sinovac untuk beberapa tahap pengujian disebutnya menunjukan data yang baik. Oleh karenanya BPOM positif bahwa data-data selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
"Ini yakinkan kita, pemerintah hanya berikan vaksin akan percepat dengan EUA, dan persetujuan berbasiskan pembuktian bahwa berikan jaminan dari mutu yang baik, aspek keamanan dan efisiensi," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemulihan Ekonomi Nasional Tak Boleh Bergantung pada Vaksin Covid-19
Ketua Gerakan Pakai Masker, Sigit Pramono, memperkirakan vaksinasi Covid-19 baru akan selesai pada akhir semester I-2021 bila dimulai pada awal tahun depan. Efektivitas vaksinasi ini pun membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk melihat dampaknya.
"Dari ahli epidemiologi seseorang dapat memiliki daya tahan terhadap suatu virus itu dibutuhkan waktu satu sampai dua tahun ke depan," kata Sigit dalam Executive Lecture #115 bertajuk Membangun Manusia Indonesia yang Sehat, Humanis, Profesional dan Berintegritas, Jakarta, Kamis (26/11).
Untuk itu, dia menilai kehadiran vaksin Covid-19 tidak bisa diandalkan seketika setelah ada. Masyarakat harus bisa hidup berdampingan dengan virus Corona dalam waktu 1-2 tahun ke depan.
"Kita tidak mungkin mengandalkan vaksin yang sekarang," kata dia.
Maka, penerapan protokol kesehatan menjadi kunci untuk mencegah penyebaran virus. Utamanya penggunaan masker yang dianggap Sigit sebagai vaksin yang paling efektif.
"Vaksin sekarang yang manjur itu masker," kata dia.
Penggunaan masker harus didorong lantaran dianggap yang paling menentukan di tengah hidup yang berdampingan dengan virus Corona. Meski begitu, kehadiran vaksin menjadi pendobrak perputaran ekonomi.
Sigit menilai kelompok menengah atas harus dilakukan untuk melakukan aktivitas konsumsi agar ekonomi bergerak. Sebab, perlambatan ekonomi ini salah satunya diakibatkan mereka yang memiliki dana, tetapi disimpan.
Di sisi lain, kelompok menengah atas ini enggan melakukan aktivitas konsumsi karena khawatir terpapar. Padahal, selama ini tingkat konsumsi kelompok menengah atas ini sangat tinggi. Sehingga upaya yang perlu dilakukan saat ini mendorong kelompok ini untuk melakukan aktivitas konsumsi.
"Kuncinya mendorong perekonomian ini, kelompok menengah atas melakukan spending karena pengeluaran mereka besar. Dari mereka jalan-jalan, wisata, menginap di hotel dan lain-lain ini turun pesat," tuturnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement