Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pesona kompetisi sepak bola Eropa pada awal masa keberadaannya adalah ketidakaturannya. Bagaimana mungkin klub dari Wales dan Uni Soviet bertemu di sebuah kota kecil di Bavaria, Jerman?
Terlebih melihat status masing-masing klub. Salah satunya memiliki banyak pemain internasional dan jadi juara negara besar Eropa. Sedangkan yang lain hampir terdegradasi ke kasta ketiga liga domestik.
Advertisement
Inilah kisah Cardiff City saat mengikuti Piala Winners, kompetisi yang melibatkan pemenang turnamen domestik, pada 1967/1968.
The Bluebirds mendapat tiket kompetisi usai juara Piala Wales, meski mengikuti liga di Inggris. Keberuntungan undian membantu mereka melewati Shamrock Rovers (Republik Irlandia) dan NAC Breda (Belanda). Namun, lawan di perempat final Torpedo Moscow diprediksi bakal jauh lebih sulit.
Torpedo punya Eduard Streltsov, penyerang yang dijuluki Pele dari Uni Soviet. Dengan teknik tinggi, gaya bermainnya tidak seperti pendekatan pragmatis dan konservatif tanah kelahirannya. Dengan kemampuan mencetak gol tinggi, Streltsov merupakan pemain terbaik Uni Soviet saat menghadapi Cardiff City.
Mantan pemain terbaik Uni Soviet lain yang membela Torpedo adalah Valery Voronin, playmaker elegan yang beroperasi dari belakang. Torpedu juga punya kiper Anzor Kavazashvili, bek Viktor Shustikov, serta striker Vladimir Shcherbakov dan Mikhail Gershkovich yang kerap tampil di pentas internasional.
Kualitas Torperdo sangat timpang jika dibandingkan dengan Cardiff City. The Bluebirds memang memiliki John Toshack, tapi ketika itu masih muda. Sisanya skuat mereka berisi kombinasi pemain semenjana dari Wales, Skotlandia, dan Inggris.
Saksikan Video Cardiff City Berikut ini
Sama Kuat
Pertemuan pertama berlangsung di Ninian Park. Cardiff City dan Torpedo bermain ketat sehingga peluang jarang tercipta. Namun, tuan rumah bisa mencetak satu gol melalui Barrie Jones jelang jeda.
Laga kedua berlangsung di Tashkent (kini Uzbekistan) karena alasan iklim. Pertandingan mustahil digelar di Moskow karena cuaca. Meski mendominasi, Torpedo hanya dapat membuat satu gol lewat Mikhail Danilovich Gershkovich.
Agregat sama kuat. Pada waktu itu belum ada perpanjangan waktu atau adu penalti. Untuk menyelesaikan kedudukan imbang, otoritas biasanya menggelar pertandingan ketiga di tempat netral. Kali ini UEFA memilih Augsburg sebagai lokasi penentu duel Cardiff City vs Torpedo.
Advertisement
Laga Penentu
Pada 3 April 1968, pertandingan ketiga berlangsung di Rosenau Stadion. Cardiff City kehilangan banyak pemain kunci di laga ini, terlebih karena peraturan UEFA terkait pemain asing.
Jika pesepak bola asal Inggris Raya tidak mengambil kuota di pentas domestik, tidak demikian di ajang internasional. Padahal mereka sudah selalu menurunkan tim yang lebih lemah agar tidak melanggar.
Meski begitu, Cardiff City masih bisa berjaya berkat sejumlah pemain heroik. Norman Dean membuat gol penentu memaksimalkan kesalahan umpan lawan jelang berakhirnya babak pertama.
Richie Morgan, yang menggantikan bek andalan asal Skotlandia Don Murray, sukses meredam Streltsov. Begitu pula kiper pelapis Bob Wilson yang berkali-kali mementahkan tendangan lawan ketika Torpedo mencari gol penyama kedudukan.
Lebih Berkesan
Laga tersebut menjadi penampilan terbaik Cardiff City di Eropa. Kemenangan di Augsburg membuat mereka menjadi tim pertama dari divisi rendah yang mencapai semifinal kompetisi Eropa. Mereka lalu memaksa Hamburg SV bekerja keras sebelum akhirnya tersisih.
Meski gembira dengan capaian di Eropa, Manajer Cardiff City Jimmy Scoular menekankan fokus utama tetap ke ajang domestik. Terlebih hadiah yang didapat di pentas kontinental tidak seberapa.
Perjuangan Cardiff City akhirnya terbayar dengan tim berada tujuh angka di atas zona merah. Namun Scoular tidak sepenuhnya benar. Bagi suporter, capaian di kompetisi Eropa akan lebih dikenang ketimbang kesuksesan menghindari dergadasi.
Advertisement