Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak berjangka turun pada perayaan Thanksgiving, Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Harga minyak tergelincir dari level tertinggi dalam tujuh bulan karena Baker Hughes melaporkan adanya kenaikan aktivitas pengeboran.
Mengutip oilprice.com, Jumat (27/11/2020), harga minyak reli dalam beberapa hari terakhir sehingga menuju ke level tertinggi dalam tujuh bulan.
Advertisement
Sebagian besar kenaikan harga minyak tersebut didukung oleh berita positif vaksin Covid-19 yang menjanjikan untuk mengerek permintaan minyak.
Pedagang tetap berharap angka keefektifan yang tinggi dari beberapa produsen vaksin akan segera meningkatkan permintaan minyak.
Harga minyak telah merosot sejak Maret sebagai akibat langsung dari penurunan aktivitas akibat penguncian di seluruh dunia.
Seiring dengan kenaikan harga WTI dan Brent, stok minyak juga mendapat dorongan serupa.
Saham perusahaan minyak AS Exxon dan Chevron sama-sama menerima lonjakan karena harga WTI naik. Saham Exxon naik dari USD 37 menjadi mendekati USD 42 hanya dalam hitungan hari.
Namun reli harga di sini mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan hingga Kamis.
Pada hari Kamis, harga WTI merosot menjadi USD 45,08 per barel. turun 1,38 persen dari harga sebelumnya. Sedangkan harga minyak mentah Brent turun 1,44 persen menjadi USD 47,91 per barel pada hari Kamis.
Namun di pekan ini harga minyak masih naik.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak naik ke level tertinggi dalam lebih dari delapan bulan pada perdagangan Rabu. Hal tersebut setelah data menunjukkan penurunan mengejutkan untuk persediaan minyak mentah AS pekan lalu. Ini juga memperpanjang reli yang didorong oleh harapan bahwa vaksin Covid-19 akan meningkatkan permintaan bahan bakar.
Dikutip dari CNBC, harga minyak mentah Brent naik 47 sen atau 1 persen menjadi USD 48,33 per barel setelah harga minyak naik hampir 4 persen di sesi sebelumnya.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate naik 80 sen atau 1,8 persen menjadi USD 45,71 per barel, setelah naik lebih dari 4 persen pada hari Selasa.
Pergerakan harga minyak dipengaruhi oleh persediaan minyak mentah AS yang turun 754.000 barel pekan lalu, menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS. Penurunan ini dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan minyak 127.000 barel. Persediaan minyak di Cushing, Oklahoma yang menjadi titik pengiriman untuk WTI, turun 1,7 juta barel.
“Ada penurunan (stok minyak) yang lumayan di Cushing, jadi itu mendukung. Itu mungkin aspek yang paling bullish dari laporan ini," kata John Kilduff, Partner di Again Capital LLC di New York.
Namun, kenaikan harga minyak dibatasi karena kekhawatiran atas permintaan bahan bakar minyak (BBM). Permintaan bensin mingguan AS pekan lalu turun sekitar 128.000 barel per hari (bpd) menjadi 8,13 juta bpd, terendah sejak Juni 2020.
Sementara itu, AstraZeneca mengatakan pada hari Senin bahwa vaksin COVID-19-nya bisa efektif hingga 90 persen, memberikan senjata lain dalam perang untuk mengendalikan pandemi.
"Harga minyak mentah diperdagangkan pada level tertinggi sejak awal Maret, didukung oleh sentimen pasar yang positif sebagai akibat dari berita vaksin dan permintaan minyak yang kuat di Asia," kata analis minyak UBS, Giovanni Staunovo.
"Kami mempertahankan prospek bullish kami untuk tahun depan dan menargetkan harga minyak Brent untuk mencapai USD 60 per barel pada akhir 2021," tambahnya.
Nilai tukar Dolar AS yang lebih lemah juga mendukung harga minyak mentah karena dolar yang lebih rendah membuat harga minyak lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Depresiasi dolar AS baru-baru ini telah membantu meredam dampak lonjakan harga minyak bagi beberapa konsumen energi terbesar dunia," kata Stephen Brennock dari pialang PVM.
Advertisement