Liputan6.com, Miami - Individu yang menggunakan lampu UVC (ultraviolet C) germicidal sebagai upaya menghindari paparan Virus Corona baru atau SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 berisiko mengalami cedera mata yang menyakitkan jika tidak berhati-hati.
Baru-baru ini, peneliti di Florida melaporkan adanya tujuh orang pasien dengan kerusakan di kornea---lapisan terluar pada mata---yang membuat mereka merasakan sensasi terbakar dan kepekaan terhadap cahaya setelah menggunakan lampu sinar ultraviolet (UV).
Laporan tersebut diterbitkan ke dalam Ocular Immunology and Inflammation.
"Bagian permukaan mata jelas sangat rentan terhadap panjang gelombang cahaya dari lampu ini," kata Dokter Mata di Bascom Palmer Eye Institute dari University of Miami Health System, Dr Jesse Sengillo, dikutip dari situs NBC News pada Jumat, 27 November 2020.
Jesse, menambahkan, kerusakan pada mata---seperti sensasi terbakar sinar matahari pada area kornea---cukup menyakitkan dan butuh beberapa hari untuk sembuh.
"Pasien sering kesulitan membuka mata karena sensitif terhadap cahaya dan mata mereka merah serta gatal. Pasien akan mengeluh 'mataku terbakar'," katanya.
Baca Juga
Advertisement
Sensasi terbakar tidak langsung terjadi, sehingga beberapa pasien tidak menyadari bahwa matanya rusak setelah menggunakan lampu UVC beberapa jam sebelumnya.
Oleh sebab itu, Jesse menyarankan, bagi siapa pun yang mengalami sakit pada mata setelah menggunakan lampu UVC---yang disebut banyak orang sebagai lampu anti kuman---harus segera menemui dokter.
Dokter mata biasanya akan meresepkan salep guna meredakan sensasi terbakar, dan antibiotika karena luka tersebut rentan terhadap infeksi.
Jesse mengatakan, cukup banyak pasien yang datang ke tempat praktiknya dengan keluhan yang seperti itu akibat penggunaan lampu UVC agar terhindar dari Corona COVID-19.
"Kami memperhatikan bahwa mereka tampaknya datang secara bergelombang," kata Jesse.
"Kami melihat, karena infeksi Corona meningkat di Miami, kasus kerusakan kornea mulai meningkat lagi," Jesse menekankan.
Simak Video Berikut Ini
Kerusakan Mata Akibat Lampu yang Disebut Dapat Mematikan Virus Corona COVID-19
Sementara itu, seorang Dokter Mata di Pittsburgh, Dr Deepinder Dhaliwal, mengatakan, perangkat lampu UVC ini sebenarnya dapat menjadi antimikroba yang sangat membantu. Cahaya yang mereka pancarkan pun relatif tidak berbahaya.
"Hanya saja orang-orang kurang mengerti bahwa mereka seharusnya tidak melihat langsung ke arah cahaya tersebut," kata Dhaliwal yang juga seorang Profesor Oftamologi di Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh.
Administrasi Makanan dan Obat-Obatan atau Food and Drug Administration (FDA) , kata Dhaliwal, menyebut bahwa radiasi lampu UVC dapat menonaktifkan SARS-CoV-2 atau Virus Corona baru penyebabkan COVID-19.
Akan tetapi mereka lupa untuk memeringatkan tentang laporan luka bakar di kulit dan mata yang disebabkan oleh pemasangan lampu UVC yang tidak tepat di kamar.
Di luar Miami, tidak jelas seberapa umum kerusakan mata akibat lampu UVC, tetapi laporan tersebut tidak mengejutkan Dr. Deepinder Dhaliwal, dokter mata di Pittsburgh.
"Orang-orang paham bahwa ketika mereka keluar rumah dan berjalan di bawah sinar matahari, mereka bisa terbakar matahari," kata Dhaliwal.
"Yang mungkin tidak mereka sadari adalah, meskipun ini adalah UVC, ini juga dapat menyebabkan kerusakan. Mata menjadi rentan. Dan, jika Anda akan menggunakan alat semacam ini, Anda harus memakai pelindung mata," Dhaliwal menambahkan.
Begitu juga orang-orang yang mungkin sedang bertamu ke rumah seseorang yang memiliki lampu UVC, tidak menyadari kalau itu bisa melukai mata mereka.
"Jika Anda masuk ke dalam sebuah ruangan dan melihat cahaya yang tampak lucu, jangan langsung melihatnya. Gunakan pelindung mata terlebih dahulu," katanya.
Advertisement