Mengenal 2 Tokoh Revolusi Kuba yang Temani Diego Maradona Hingga ke Liang Lahat

Diego Maradona meninggal dunia di usia 60 tahun pada Rabu (25/11/2020).

oleh Marco Tampubolon diperbarui 27 Nov 2020, 13:30 WIB
Legenda sepak bola Argentina Diego Maradona (tengah) bersiap menendang bola untuk penggemarnya saat datang ke Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (29/6/2013). Maradona kerap dibandingkan dengan Pele sebagai pesepak bola terbaik sepanjang masa. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Diego Maradona merupakan maestro sepak bola yang pernah ada. Tak terbantahkan. Kemampuannya mengolah si kulit bundar nyaris belum ada yang mampu menyamai. Jenius, bertenaga, dan berani. Ketiganya menjadikan Maradona seperti peluru yang dengan mudah menembus pertahanan lawan. 

Namun kebintangan Maradona tidak hanya lahir dari statistik gol dan trofi yang diraihnya. Nama besarnya tumbuh seiring kehidupan di luar lapangan yang pernuh warna, termasuk sikap politik. 

Semasa hidupnya, Maradona dikenal sangat dekat dengan kelompok sayap kiri yang berkuasa di Amerika Latin. Negara komunis Kuba, bahkan ibarat rumah kedua bagi mantan pemain Napoli itu. 

Di awal 2000, Maradona pernah menetap empat tahun di sana saat menjalani terapi ketergantungan terhadap narkoba. Dalam sebuah wawancara, Maradona mengaku sangat nyaman tinggal di Kuba. Bahkan rumor menyebutkan Diego Maradona sampai punya keturunan di negeri cerutu itu. 

"Saya merasa seperti orang Kuba. Mereka telah memberi saya banyak cinta selama saya sakit dan fakta hari ii saya masih bisa bangun pagi dan berolahraga, berbicara dengan Anda, dengan saudara-saudara saya atau melakukan wawancara, saya berhutang banyak kepada Fidel (Castro)," katanya saat diwawancara mengenai kematian Fidel Castro pada 2016 seperti dilansir dari France24.

Ya, sosok Fidel Castro lah yang mengawali cinta Maradona kepada Kuba. Mereka pertama kali bertemu pada tahun 1987 atau setahun setelah Argentina merebut Piala Dunia 1986. Hubungan keduanya semakin dekat dan mereka beberapa kali bertemu setelah itu. Selama menjalani rehabilitasi di Havana, pandangan politik Fidel semakin dalam tertancam di benak pesepak bola kidal itu. 

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini


Siapa Fidel Castro? 

Diego Maradona dikenal sangat dekat dengan pemimpin Kuba, Fidel Castro (AFP)

Fidel Castro merupakan presiden terlama yang memimpin Kuba. Tercatat, sejak terpilih pada tahun 1976, Castro yang menyandang gelar sarjana hukum itu memerintah hingga tahun 2008. Castro kemudian lengser dan posisinya kemudian digantikan oleh adiknya, Raul Castro hingga asat ini.

Castro merupakan tokoh revolusioner Kuba saat menumbangkan rezim diktator Fulgencio Batista. Sempat dipenjara akibat kegagalan penyerangan Moncada Barracks, Castro sempat melarikan diri di Meksiko dan membentuk gerakan 26 Juli bersama adiknya, Raul Gonzales dan Ernesto 'Che' Guevara.

Fidel dan kroninya dikenal memiliki idiologi Marxist–Leninist. Mereka kemudian berhasil merekrut revolusioner lain dan mulai melancarkan serangan secara gerilya terhadap pemerintahan Batista dari pegunungan Sierra Maestra. Gerakan ini akhirnya sukses menumbangkan Batista pada 1959. Namun perjuangan Castro yang akhirnya diangkat sebagai perdana menteri belum berakhir.

Konfliknya dengan Amerika Serikat kian meruncing dan ditandai dengan embargo ekonomi yang dilancarkan ke negaranya.

Invasi Teluk Babi yang dilancarkan Amerika Serikat dengan mengirim para kriminal sebagai tentara pada tahun 1961 semakin memperuncing ketegangan kedua negara. Castro bersama tentaranya berhasil menggagalkan misi itu dan membalasnya dengan memberi izin kepada Uni Soviet untuk menempatkan senjata nuklirnya di Kuba. Sikap ini kemudian melahirkan perang dingin 1962.

Di luar perjalanan politik yang berliku, Castro dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Selain baseball yang menjadi olahraga populer di Kuba, Castro juga ternyata menyukai sepak bola. Kedekatannya dengan Maradona membuat hubungannya dengan Castro tidak hanya diwarnai dengan perbincangan tentang politik saja. Seperti dilansir dari BBC, semasa hidupnya, Castro sering menelepon Maradona di pagi hari untuk berbincang politik dan olahraga. Bagi Maradona, Fidel adalah ayah keduanya.

 


Ayah Kedua

Diego Maradona menghiasi kaki kirinya dengan tato bergambar Fidel Castro (AFP/Karim Sahib)

Sosok Fidel Castro tak hanya dalam menancap di benak dan hati Maradona. Wajah pemimpin karismatik itu juga menempel abadi di kulit Maradona lewat ukiran tato di kaki kirinya.

"Diego adalah teman baik dan juga sangat mulia. Tidak perlu diragukan juga, bahwa dia adalah seorang atlet yang luar biasa dan telah memelihara persahabatan dengan Kuba tanpa keuntungan materi untuk dirinya sendiri, " Castro tentang pemain sepak bola tersebut.

Castro lahir di Birán, Oriente, 3 Oktober 1965. Pemilik nama lengkap Fidel Alejandro Castro Ruz itu meninggal dunia pada 25 November 2016, tepat di hari dan bulan Maradona tutup usia tahun ini.

 


Che Guevara

Warga beraktivitas di bawah sebuah mural pahlawan Revolusi Kuba Ernesto 'Che' Guevara yang menghadap ke pasar makanan di Havana, Kuba (28/12). Havana adalah kota terbesar di Kuba dan di seluruh Karibia. (AP Photo / Desmond Boylan)

Castro bukan satu-satunya sosok yang melekat dalam diri Maradona. Meski belum pernah bertemu sama sekali, Maradona juga mengagumi revolusioner Kuba lainnya, yakni Ernesto 'Che' Guevara. 

Che Guevara--julukan Ernesto--merupakan simbol pergerakan di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Tidak aneh bila foto atau posternya kerap ikut menghiasi sejumlah demonstrasi. 

Berwajah tampan, berpendidikan tinggi, bernyali tebal, dan berpihak kepada rakyat tertindas, Che Guevara memang sangat cocok menjadi simbol pergerakan kaum muda. Terlepas dari ideologi yang diyakininya, sosok Che Guevara adalah 'bahan bakar' dalam menggerakkan sebuah perubahan. 

Ernesto tidak lahir di Kuba. Dia justru lahir di Rosario, Argentina, 14 Juni 1928. Ernesto terlahir dengan penyakit asma bawaan yang membuatnya kerap kesulitan untuk mengikuti pendidikan tatap muka.

Meski demikian, sejak kecil Che Guevara dikenal sebagai sosok yang berkeinginan kuat. Tekad itu pula yang akhirnya membuat Che mampu melawan penyakitnya dan menjalani kegiatan penuh tantangan. 

Pada tahun 1948, Che Guevara masuk kuliah kedokteran di Universitas Buenos Aires. Selain belajar, dia juga mengisi waktunya dengan petualangan. Pada tahun 1950 dia melakukan perjalanan solo sejauh 4500 km ke Utara Benua Amerika. Setelah itu, Che Guevara kembali bertualang ke Amerika Selatan.

Kali ini dia ditemani oleh sahabanya Alberto Granado. Menggunakan sepeda motor Norton, keduanya bertualang selama 8 bulan dan menempuh perjalanan sejauh 8000 km. Lewat perjalanan-perjalanan ini, Che Guevara melihat berbagai ketidakadilan yang membuat hati dan pikirannya bergejolak. 

Guevara semakin aktif dalam berbagai pergerakan sampai akhirnya dia bertemu Castro bersaudara di Meksiko dan memutuskan ikut ambil bagian dalam Gerakan 26 Juli dan ikut mengobarkan revolusi Kuba. Che Guevara sempat menduduki sejumlah jabatan strategis di pemerintahan Fidel Castro. 

 

 


Meninggal di Bolivia

Mulai dari Menteri Perindustrian hingga Presiden Bank Kuba. Namun jabatan ternyata tidak membuat Che Guevara tenang. Api revolusi terus berkobar dalam dirinya dan memutuskan pergi meninggalkan Kuba pada tahun 1965. Sayang, pergerakannya di Kongo dan Bolivia gagal. Pada 8 Oktober 1967, Che Guevara tertangkap berkat bantuan badan intelijen AS (CIA) dan dieksekusi sehari setelahnya. 

Maradona belum sempat bertemu Ernesto 'Che' Guevara. Namun hal itu sepertinya mengurangi kekagumannya terhadap El Comandante. Pada tahun 2001, saat berada di Roma, Maradona untuk pertama kali memamerkan tato bergambar Che Guevara yang terukir di lengan kanannya. 

Maradona telah menyusul kedua idolanya tersebut. Si Pemilik Gol Tangan Tuhan berpulang pada Rabu (25/11/2020). Proses pemakaman yang berlangsung sehari setelahnya dihadiri ribuan orang. Seperti sosok Fidel Castro dan Che Guevara, Maradona yang penuh kontroversi bakal tetap melegenda. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya