Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mewanti-wanti bahwa pembukaan sekolah di tengah pandemi Covid-19 nanti, akan jauh dari situasi sekolah pada biasanya.
Hal ini merespons kekhawatiran sejumlah pihak yang mengira jika sekolahan dibuka maka aktivitas di sekolah akan kembali normal seperti saat sebelum pandemi. Menurut Nadiem, hal itu merupakan anggapan yang keliru, dia menegaskan bahwa pembukaan sekolah selama pandemi Covid-19 akan begitu berbeda dari kondisi biasa.
Advertisement
"Pada saat anak itu masuk sekolah, situasinya bukan normal, situasinya sangat berbeda dari normal," jelas Nadiem saat berbincang dengan publik figur Maudy Ayunda lewat siaran langsung di Instagram pribadi mereka pada Kamis (27/11/2020).
Area sekolah, kata Nadiem harus segera kosong sesat setelah para siswa meninggalkan sekolah. Di samping itu, jumlah siswa yang masuk pun akan dibatasi maksimal hanya 50 persen.
Kata Nadiem, mau tidak mau sekolah mesti melakukan pembelajaran campuran antara tatap muka di sekolah dengan pembelajaran jarak jauh atau PJJ. Pasalnya, menurut Nadiem kendati sekolah telah melangsungkan pembelajaran secara tatap muka, mereka wajib membagi siswa menjadi minimal dua kloter.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Maksimal 18 Anak Per Kelas
"Jadinya harus ada dua rotasi minimal, karena hanya boleh 18 anak per kelas. Biasanya 36 boleh. Jadi ini adalah protokol ketat, kalau kita mau memperbolehkan harus dengan gak boleh mudah melakukan tatap muka. Itu akan ada daftar periksa yang sangat komprehensif," jalas Nadiem.
"Ada sanitasi, harus pakai masker, harus 50 persen kapasitas, jadi harus ada rotasi. Jadi mau gak mau harus ada komponen PJJ," sambungnya.
Dalam pembukaan sekolah nanti, kata Nadiem kantin serta aktivitas ekstra kurikuler pun dilarang. "Cuma masuk kelas, keluar kelas pulang. Udah," ucapnya.
Advertisement