Liputan6.com, Jakarta - Dikemas dengan berbagai nama dan agenda, pekan mode merupakan acara yang tak lagi asing, terutama bagi pecinta dan, tentunya, pelaku industri fesyen. Membawa DNA masing-masing, penyelenggaraannya bahkan tak lagi berusia satu-dua tahun, melainkan belasan.
Annual event tersebut secara konstan dilakukan, menurut National Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma, tak lain karena bermanfaat. "Secara general, industri fesyen kan ekosistemnya panjang," ungkap desainer senior tersebut melalui sambungan telepon dengan Liputan6.com, Kamis, 26 November 2020.
Menurut Ali, pekan mode berperan sebagai alat promosi dan branding tak sedikit label mode. Di samping, sebagai ajang bertemu dengan pelanggan baru, sekaligus rekanan sesama pelaku industri fesyen untuk memperluas wawasan.
Bergabung dalam acara semacam pekan mode, kata Ali, terlebih bagi brand baru, akan mendatangkan banyak catatan. "Bisa diskusi secara produksi dan informasi macam ini tak ternilai dengan uang menurut brand," tuturnya.
Baca Juga
Advertisement
Di samping, sebagai jembatan bagi label mode yang sudah established untuk menunjukkan konsistensi mereka dalam berkarya. Narasi serupa juga disuarakan Founder dan Project Director Malang Fashion Week, Agus Sunandar.
Menurutnya, supaya tak semata jadi agenda rutin, sudah seharusnya pekan mode mengusung karakteristik khusus dengan memberi impact langsung di setiap pelaksanaannya. Dalam kasus Malang Fashion Week (MFW), ada beberapa gagasan yang diboyong.
"MFW khususnya mempertemukan desainer muda dengan desainer yang jam terbangnya sudah tinggi, desainer lokal dengan nasional maupun internasional, dan desainer profesional dengan UMKM. Ini paling utama karena ada dampak secara langsung yang diberikan. Lewat pekan mode, UMKM pun bisa naik kelas," ungkapnya melalui pesan suara, Rabu, 25 November 2020.
Pelaku UMKM ini sendiri bisa mencakup perajin patik, tas, maupun sepatu di wilayah Malang Raya, bahkan Jawa Timur. Tak berhenti di situ, pihaknya mencoba memperpanjang estafet kebaikan dalam penyelenggaraan pekan mode.
Bekerja sama dengan pemerintah kota Malang, Kabupaten Malang, dan kota Batu, juga Bank Indonesia perwakilan Malang, terdapat agenda pre-event. Jadi, pihaknya mengadakan mini fashion show di destinasi wisata di wilayah Malang Raya sebagai upaya promosi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pekan Mode yang Tak Sekadar Acara Tahunan
Sementara menurut Ali, asosiasi fesyen sendiri merencanakan jangka pendek dan panjang, terutama dalam memperkenalkan gerakan tertentu, seperti fesyen berkelanjutan. Selain memanfaatkan pekan mode, gaungnya pun akan diperpanjang melalui webinar maupun workshop.
Pembiasaan macam ini membuat pendekatannya akan lebih mudah. "Lalu, pekan mode juga soal trend forecast yang sudah kami olah. Biasanya merupakan terjemahan tren dunia supaya lebih cocok di Indonesia. Misal, kita kan tidak bisa mengadopsi busana winter yang tebal-tebal, tapi bisa secara palet warna," Ali menjelaskan.
Pekan mode pun dijadikan medium untuk menyuarakan isu-isu yang dianggap urgent. Dalam kasus ini, di samping fesyen berkelanjutan, ada juga Muslim wear. Pasalnya, dengan mayoritas penduduk Muslim, segmen ini sebenarnya punya potensi sangat besar di Indonesia.
"Tapi, sekarang mikirnya juga harus bagaimana Muslim wear ini bisa dipakai non-Muslim. Label mode luar yang masuk ke sini pun sebenarnya juga mencatat perbedaan ini dan mereka jago mengincar pasar busana Muslim dengan iklan tanpa memakai hijab," tuturnya.
Advertisement
Bagian dari Siklus Dunia Fesyen
Soal pemilihan desainer yang terlibat dalam pekan mode, Agus menjelaskan, setiap penyelenggara sebenarnya punya standar sesuai karakteristik masing-masing. "Di MFW, porsinya 40 desainer muda dan 60 persen desainer profesional yang masih terbagi lagi jadi desainer lokal, nasional, dan internasional," tutur perancang busana di balik label SAMSUGA tersebut.
Pihaknya dikatakan sengaja memberi panggung pada desainer muda untuk skill up agar roda perputaran dan pembaharuan di industri fesyen dalam negeri tetap terstimulus.
Selain, menurut Ali, keaktifan berkarya seorang desainer maupun label mode juga jadi poin tak kalah penting. "Karena ini juga soal siapa yang siap memasarkan produknya," tutur desainer berbasis di Bali tersebut.
Akhirnya, kata Ali, pekan mode adalah ajang di mana para desainer mendapat catatan untuk memperbaiki kualitas dan bagaimana bisnis mereka berjalan secara berkelanjutan. "Mau catatan positif atau negatif, semuanya akan positif di akhir," tuturnya.
Agus menjelaskan, pergerakan industri fesyen adalah mulai dari mencari ide untuk sebuah koleksi, diimplementasi jadi desain, melanjutkan ke produksi, hingga mempresentasikan dan menjual karya ke pasar.
"Pekan mode jadi bagian penting dalam siklus itu. Eksistensi desainer akan kelihatan di situ," tandas dosen jurusan fesyen di Universitas Negeri Malang tersebut.
Baca Juga
Jam Saku Emas Milik Kapten Kapal Titanic Seharga Rp32 Miliar Ternyata Dibeli Tiffany & Co
Taylor Swift Pakai Gaun Kristal Mini Senilai Rp70 Jutaan di Pesta Ulang Tahun ke-35, Cincinnya Bikin Penasaran
Tas Priyanka Gandhi yang Jadi Simbol Dukungan untuk Palestina Picu Kontroversi Politik di India
Jangan Anggap Remeh Cara Pakai Masker
Advertisement