Pilu, Ekspresi Sedih Guru Saat Tak Ada Siswanya yang Ikut Kelas Online

Saat senang-senangnya bisa akses kelas Zoom, guru ini bersedih karena tidak murid yang masuk.

oleh Ignatia Ivani diperbarui 30 Nov 2020, 12:00 WIB
Seorang guru bersedih karena muridnya tidak masuk ke kelas Zoom (@skinleas/twitter.com).

Liputan6.com, Jakarta Di masa-masa pandemi COVID-19 juga berdampak bagi seorang guru untuk membagikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Apalagi guru yang sudah berusia tua, mereka memerlukan latihan yang giat agar bisa cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi.

Sebutan guru tanpa tanda jasa memang tepat diberikan. Demi mencerdaskan muridnya, seorang guru rela meluangkan waktu untuk memahami istilah asing yang ada di aplikasi pertemuan virtual. 

Rasa senangnya semakin tak terbendung ketika dia mulai mengerti. Namun, rasa ini berbalas dengan kesedihan lantaran tidak ada satu pun dari muridnya yang masuk kelas Zoom. Hal itu dibagikan lewat akun Twitter putrinya @skinleas pada (25/11/2020).

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kesedihan ayahnya

Seorang guru bersedih karena muridnya tidak masuk ke kelas Zoom (@skinleas/twitter.com).

Melansir dari Worldofbuzz, Nuha membagikan cerita karena saking senangnya bisa menggunakan aplikasi Zoom dan Google Meet sang ayah hampir menangis.

Dan situasinya langsung berbalik jadi kesedihan karena murid-muridnya tidak ada yang masuk kelas padahal jam telah menunjukkan pukul 08.30 waktu Malaysia. Tidak langsung mematikan koneksi, guru tersebut masih menunggu mereka selama setengah jam. 

Bahkan, bapaknya menelepon anak didiknya satu per satu, tetapi mereka mematikan teleponnya karena tahu akan ditanyai. 

 

 

 


Alasan anak didiknya

Bapak Nuha menunggu murid untuk masuk kelasnya (@skinleas/twitter.com).

Setelah itu, ada yang bilang harus kerja, makanya mereka tidak ikut kelas. Saya tidak dapat membayangkan ini karena mereka harus mengambil SPM tahun ini, ” ungkap Nuha pada twitnya.

Kondisi tersebut dapat dimengerti bahwa beberapa siswa memilih bekerja sambil belajar untuk menghidupi keluarga mereka. Namun sangat disayangkan, mereka belum memiliki kesadaran bahwa seharusnya pendidikan sifatnya wajib dan tidak boleh dilewati.


Kesedihan ayahnya

Ilustrasi pertemuan virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom. Kredit: Zoom

Tidak tega melihat sang ayah termenung, Nuha menghibur dengan mengikuti kelas ayahnya.

Tetapi ketika dia berhasil mempelajari Zoom dan tidak ada yang bergabung, dia jadi sedih karena hanya kami yang tahu bagaimana wajahnya saat dia dengan semangat meminta kami untuk mengajarinya,” tambahnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya