Belajar dari Bonita: Harimau Ternyata Bisa Berkomunikasi dengan Manusia

Harimau Bonita sempat menjadi headline selama berbulan-bulan lantaran petugas sulit sekali menangkapnya untuk direlokasi ke tempat yang lebih ideal.

oleh Komarudin diperbarui 28 Nov 2020, 11:02 WIB
Peluncuran buku Bonita: Hikayat Sang Raja (Liputan6.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Harimau sumatra satu-satunya spesies harimau yang masih tersisa di Indonesia.  Saat ini satwa liar itu statusnya krisis (critical endangered). Diperkirakan populasinya di alam kurang dari 600 individu.

"Di lembaga ex-situ sendiri, Indonesia masih punya cadangan populasi (harimau sumatera) sebanyak 394 individu, baik di dalam maupun di luar negeri," ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno saat peluncuran buku Bonita: Hikayat Sang Raja secara virtual, Jumat, 27 November 2020. 

Bonita merupakan nama yang disematkan kepada harimau betina yang pernah jadi sorotan pemberitaan selama berbulan-bulan. Si kucing besar meresahkan warga lantaran pernah menerkam manusia hingga timbul korban jiwa. Petugas juga berkali-kali gagal menangkapnya dari areal hutan Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

Buku tersebut ditulis oleh jurnalis senior salah satu media online almarhum Haidir Anwar Tanjung. Sang penulis bahkan diberi penghargaan spesial Menteri LHK atas karyanya.

Wiratno menilai, buku tersebut menguraikan secara lugas tentang apa yang terjadi antara satwa liar dan manusia. "Bonita bisa berkomunikasi sebenarnya dengan manusia," ujar Wiratno.

Hal senada diungkapkan pengajar di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Muhammad Ali Imron menyebut Bonita merupakan dispersers atau individu yang sedang mencari teritori. "Karena dia relatif muda, maka dia mencari teritori. Sebenarnya, Bonita itu familiar dengan manusia," ujar Imron.

Harimau Bonita tidak takut dengan adanya truk, motor, maupun manusia. Dengan demikian, Bonita itu secara personalitas, akrab dengan manusia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Menyerang karena Merasa Terancam

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Muhammad Ali Imron menyebutkan bahwa harimau Bonita familiar dengan manusia (Dok. YouTube/ Data Konservasi KSDAE)

Imron menyebutkan dalam kasus penyerangan harimau Bonita terhadap manusia semata karena merasa terancam. Ia mencontohkan dua kasus terbunuhnya dua orang penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir.

Pertama, kasus almarhumah Jumiati itu karena latah dalam ceritanya. Ia seperti memukul-mukul dan hendak membalas ke Bonita.

"Itu yang kemudian membuat dia merasa terancam dan kemudian merasa ingin menyelamatkan juga. Kebetulan pada cerita Bang Haidir (dalam buku) kan membalikkan badannya, sehingga diterkam tengkuknya," jelas Imron.

Kedua, lanjut Imron, tukang batu itu juga membuat gangguan dengan cara melempar batu kepada Bonita. Hal itu yang membuat harimau itu menyerangnya.

Selain itu, Imron mengatakan harimau yang berkonflik dengan manusia terjadi akibat di wilayah yang sudah terdegradasi.

"Konflik itu terjadi di situ, jarang konflik terjadi di kawasan hutan yang masih bagus. Individu yang berkonflik itu karena mengalami kesulitan fisik. Selain itu, individunya agresif," ujar Imron.


Infografis Kebakaran Hutan

Infografis Kebakaran Hutan dan Bencana Kabut Asap di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya