Rajin Olahraga dan Masuk Komunitas, Cara Marchadi Lawan Kanker Paru

Marchadi, seorang penyintas kanker paru berbagi cerita pengalamannya menghadapi penyakit tersebut sampai sembuh. Begini kisah inspiratifnya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Nov 2020, 19:00 WIB
Marchadi Penyintas Kanker Paru. Foto (Ade Nasihudin/liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Salah satu penyintas kanker paru, Marchadi, menceritakan pengalamannya selama mengidap penyakit ini. Perjuangan menghadapi kanker paru adenocarcinoma dengan jenis ALK positif pada 2014.

Gejala kanker paru yang dirasakan Marchadi berupa batuk kecil selama satu tahun. Lalu, ia juga merasakan sakit pada kaki, hingga sesak napas.

“Waktu itu saya naik tangga ke lantai 4 dan rasanya sangat sesak. Rekan saya menertawakan mungkin itu faktor usia,” ujarnya dalam webinar MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta Sabtu (28/11/2020).

Setelah gejala mulai berat berupa sesak napas menjadi lebih parah, kaki sakit, dan demam ia berpikir bahwa itu gejala masalah jantung. Ia memutuskan pergi ke dokter jantung namun dokter menyarankan untuk melakukan biopsi.

“Saat itu ditemukan nodul sebesar 8 cm, saya dinyatakan positif kanker dan hanya dapat bertahan dalam 6 hingga 12 bulan saja.”

Berbagai prosedur pengobatan pun dilalui dimulai dengan kemoterapi hingga radioterapi. Saat itu, pria yang akrab disapa Hadi itu sempat mengalami rambut rontok, mual, tremor, jalan sempoyongan, epilepsy ringan dan pingsan beberapa saat.

 

 

Simak Video Berikut Ini:


Masuk Grup Pendukung

Ketika prediksi sisa hidup tinggal 6 bulan lagi, semangatnya sempat pupus. Ia bahkan menolak saran istrinya untuk mengikuti grup pendukung.

“Hidup tinggal 6 bulan lagi untuk apa mengikuti grup-grup seperti itu,” katanya kepada sang istri saat itu.

Namun, lama kelamaan ia sadar bahwa grup pendukung dapat sangat membantu dalam penyembuhan kanker yang dideritanya. Ia pun kini jadi anggota komunitas Cancer Information dan Support Center (CISC),

“Di grup itu kita bisa saling berbagi, kita tahu bahwa kita tidak sendiri, berbagai informasi pun lebih jelas bukan hanya hoaks,” pungkasnya.

Perjuangannya untuk bebas dari kanker paru membuahkan hasil. Pada 2018 kondisinya mulai membaik, bahkan ia dapat kembali naik gunung dan menjalani rutinitas sehari-hari.

“Setiap hari ada saja yang saya kerjakan mulai dari ngepel, nyapu, nyiram tanaman, karena saya senang fungsi tangan saya kembali, awalnya saya tidak bisa berbuat apa-apa dan sekarang saya selalu berjalan setiap pagi sejauh 5 km.”

Setelah lima tahun survive dengan penyakit kanker paru yang dideritanya Marchadi sangat menjaga asupan makan dengan baik. Ia juga berolahraga dengan jalan kaki secara teratur, dan berkumpul dengan orang-orang tercinta. Marchadi menyelesaikan track naik-turun gunung Sinai yang sanggup dilakukan dalam waktu lima jam.

"Saya merasa dukungan cinta dari istri dan juga komunitas membuat saya kuat untuk berjuang. Saya pun bertekad menjalani hidup lebih sehat lagi dan membagikan semangat untuk tetap sehat kepada teman-teman,” ucap Marchadi di kesempata berbeda  Konferensi Pers Bulan Peduli Kanker Paru Sedunia “Kanker Paru ALK-Positif: Kenali, Periksa, Tangani Bersama" pada November 2019.

Kanker paru adalah jenis kanker yang terjadi di paru-paru yang sering terjadi pada perokok baik aktif maupun pasif.

Menurut data Global Cancer Observatory (Globocan) 2012, kanker paru adalah jenis kanker yang paling banyak dialami oleh pria di Indonesia dan kelima terbanyak pada perempuan.


Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker? (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya