Liputan6.com, Jakarta - Pencetak gol adalah berlian di dunia sepak bola. Setiap tim mendambakan pemain yang konsisten menyumbang setidaknya 20 gol setiap musim.
Angka tersebut menjadi standar universal untuk menetapkan apakah sesorang penyerang bisa dicap subur atau tidak.
Advertisement
Jumlah mereka tidak banyak. Namun, jika bisa melakukannya, yang bersangkutan hampir pasti masuk pantauan klub besar. Kariernya bakal melesat sehingga reputasi dan pendapatannya meningkat.
Meski begitu, ada saja mereka yang bernasib tragis saat mencapai panggung besar. Salah satunya adalah Hans Krankl.
Di klub awal, dia berturut-turut menciptakan 27, 35, dan 42 gol dalam kurun tiga tahun. Torehan itu membuat Barcelona merekrutnya.
Saksikan Video Bola Austria Berikut Ini
Awal Karier
Krankl bergabung dengan klub lokal Rapid Wien di usia 17 tahun pada 1970. Dia berkembang pesat dan dipinjamkan ke Wiener AC demi memantapkan pertumbuhannya.
Semusim di sana cukup bagi Rapid yang kemudian menjadikannya striker andalan. Dalam enam musim Krankl merebut gelar top skor liga empat kali, dua di antaranya dicapai usai mencetak lebih dari 40 gol dalam semusim.
Juga bersinar bersama timnas, seluruh Eropa mulai memperhatikan Krankl. Bukan sekedar pencetak gol, dia juga pintar menarik bek lawan. Pintar membuka ruang serta teknik mumpuni membuat Krankl dicap sebagai penyerang komplit.
Piala Dunia 1978 adalah panggung Krankl untuk pamer kemampuan. Membantu tanah kelahiran kembali tampil setelah absen 20 tahun, dia mencetak dua gol ke gawang juara bertahan Jerman Barat di putaran kedua fase grup. Kontribusinya membawa Austria meraih kemenangan pertama atas sang tetangga dalam 47 tahun.
Advertisement
Pengganti Cruyff
Klub seantero Eropa mulai bergerak demi mengamankan jasa Krankl pada musim panas 1978. Semula dia dikabarkan bakal pindah ke Valencia dan berduet dengan Mario Kempes, top skor Piala Dunia Argentina.
Namun angin berubah ketika Johan Cruyff meninggalkan Barcelona dan pindah ke Amerika Serikat. Slot pemain asing muncul di Camp Nou dan petinggi klub meyakinkannya untuk mengisi lubang yang ditinggalkan Cruyff.
Krankl memenuhi ekspektasi dan mencetak gol di penampilan kedua, ironisnya ke gawang Valencia. Pada musim debut, dia tercatat membukukan tiga hattrick, termasuk lima gol di laga melawan Rayo Vallecano.
Krankl juga membuat gol di El Clasico versus Real Madrid. Total dia memenangkan El Pichichi dengan 29 gol. Plus gol penentu pada final Piala Winners melawan Fortuna Dusseldorf, kariernya di Barcelona berjalan di arah yang tepat.
Pulang ke Rapid
Sayang semua berubah di musim kedua. Mandul di awal kampanye, dia tergusur ke bangku cadangan. Perubahan gaya bermain di bawah pelatih Helenio Herrera juga membuat produktivitasnya menurun.
Jelas kariernya di Barcelona bakal segera berakhir. Padahal rekornya tetap terbilang bagus. Krankl membuat 45 gol dari 60 penampilan di seluruh kompetisi bersama El Azulgrana.
Berbagai klub top Eropa pun tertarik merekrutnya. Namun Krankl memutuskan pulang membela Rapid.
Dia tidak salah. Ketajamannya membantu Rapid memenangkan liga secara beruntun. Selama enam musim pada periode keduanya bersama klub, Krankl menghasilkan lebih dari 150 gol. Salah satunya di final Piala Winners 1985, walau akhirnya Rapid tumbang di hadapan Everton.
Pada titik ini dia juga menutup karier di pentas internasional. Total Krankl menyumbang 34 gol dari 69 laga. Dia sempat menjadi top skor sepanjang masa Austria sebelum disalip Toni Polster.
Advertisement
Tahan Ujian Waktu
Pada 1986, Krankl meninggalkan Rapid demi menjadi pelatih-pemain di Wiener AC. Dia tetap tajam meski usianya memasuki pertengahan 1930-an.
Krankl lalu sempat membela Kremser SC dan Austria Salzburg sebelu tutup sepatu. Di tim terakhir, dia merobek gawang lawan melalui tendangan gunting yang kemudian terpilih sebagai gol terbaik musim tersebut. Musim pamungkas Krankl sebagai profesional menunjukkan catatan 10 gol di 14 pertandingan.
Produktivitas Krankl sudah menjadi rekor yang tahan ujian waktu. Dia tetap tercatat sebagai top skor sepanjang masa Liga Austria dan tentunya Rapid. Sangat disayangkan kariernya bersama Barcelona tidak memenuhi ekspektasi.