Inggris Pesan 7 Juta Dosis Vaksin COVID-19 dari Moderna

Inggris sudah mengembangkan vaksin COVID-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca. Akan tetapi, mereka tetap memesan vaksin dari luar negeri.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 30 Nov 2020, 10:40 WIB
Ilmuwan di laboratorium vaksin COVID-19 buatan Oxford. Dok: University of Oxford

Liputan6.com, London - Inggris punya kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca. Meski demikian, Inggris juga memesan vaksin dari Moderna.

Situs resmi pemerintah Inggris melaporkan negaranya memesan 2 juta dosis vaksin COVID-19 dari Moderna pada Minggu 29 Oktober 2020. Totalnya, Inggris kini memiliki 7 juta dosis vaksin dari Moderna.

Moderna tetap harus melalui uji keamanan dari regulator produk pengobatan di Inggris.

"Jika disetujui, 7 juta dosis akan bisa dikirim ke Inggris pada awal musim semi 2021," tulis situs gov.uk, Senin (30/11/2020).

Tujuan pemesanan ini adalah supaya Inggris punya portofolio vaksin COVID-19 yang beraneka ragam. Secara keseluruhan, Inggris telah memesan 357 juta dosis vaksin dari 7 pengembang berbeda.

Menteri Pelayanan Kesehatan dan Sosial Inggris, Matt Hancock, berkata pemerintah siap memberangkatkan vaksin COVID-19 tersebut begitu mendapat persetujuan regulator.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Vaksin COVID-19 dari Inggris Bisa Disimpan di Apotek dan Murah

Vaksin Oxford / AstraZeneca saat ini sedang dalam tahap pengujian akhir. (Universitas Oxford/ John Cairns)

Pemerintah Inggris memastikan vaksin COVID-19  buatan Universitas Oxford/AstraZeneca akan memiliki harga terjangkau. Berdasarkan update terkini, keampuhan vaksin AstraZeneca ini mencapai 90 persen. 

Pihak Oxford turut berkata vaksin COVID-19 buatan mereka lebih mudah diangkut dan disimpan. Vaksin AstraZeneca bisa disimpan di suhu lemari es dengan kisaran 2 hingga 8 derajat celcius. 

"Vaksin dapat dengan mudah didistribusikan dengan menggunakan fasilitas medis yang ada seperti ruang operasi dokter dan apotek lokal sehingga memungkinkan vaksin ini, jika disetujui, dapat digunakan dengan sangat cepat," ujar pihak Universitas Oxford melalui keterangan resmi Kedubes Inggris, Rabu 25 November 2020. 

Universitas Oxford menyebut indikasi awal menunjukan bahwa vaksin COVID-19 mereka dapat mengurangi penularan virus dari infeksi asimtomatik (tanpa gejala) yang diamati. Tidak ada laporan tentang kasus rawat inap atau kasus yang menunjukkan gejala parah pada mereka yang telah menerima vaksin.  

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut pemerintahnya sudah memesan 100 juta vaksin COVID-19 dari Oxford/AstraZeneca.

"Harga vaksin ini terjangkau, mudah digunakan dan sangat efektif," ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.


Bahan Komposisi Vaksin Oxford/AstraZeneca

Vaksin COVID-19 buatan Oxford. Dok: University of Oxford

Vaksin Oxford (ChAdOx1 nCoV-19) dibuat dari virus, yang merupakan versi lemah dari virus flu biasa (adenovirus), yang telah diubah secara genetik sehingga sangat tidak mungkin virus tersebut tumbuh pada manusia.

Berdasarkan keterangan resmi Kedubes Inggris, vaksin adenovirus telah diteliti dan digunakan secara ekstensif selama beberapa dekade dan memiliki manfaat yang signifikan karena vaksin ini stabil, mudah diproduksi dan diangkut.

Relawan vaksin ini juga beraneka ragam. Ada lebih dari 24.000 relawan dari berbagai kelompok ras dan geografis melalui uji klinis di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan, yang ditindaklanjuti sejak April.

Uji coba lebih lanjut sedang dilakukan di Amerika Serikat, Kenya, Jepang, dan India. Tim uji coba mengharapkan kurang dari 60.000 peserta pada akhir tahun.


Infografis Vaksin COVID-19:

INFOGRAFIS: Urutan Penerima Vaksin Covid-19 di Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya