Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mewacanakan pengurangan hari libur akhir tahun demi menekan potensi penyebaran corona Covid-19 di masyarakat. Apakah kebijakan tersebut akan efektif?
Kepala Bidang Media dan Publikasi PHRI Karawang Dinah Puja Astuti menyebut efektivitas tersebut sepenuhnya tergantung pada disiplin masyarakat yang mayoritas dinilainya masih cuek. Perilaku mereka lebih sulit dikendalikan dibandingkan pengelola destinasi wisata maupun para pelaku usaha wisata, seperti perhotelan dan restoran.
Baca Juga
Advertisement
"Kami (perhotelan dan restoran) sudah lakukan CHSE, tapi yang datang ini kan kami tidak tahu. Kalau dari sisi kami, kami mengikuti ketentuan dari pemerintah, tetap dimonitor lewat pengawasan. Cuma penekanan penyebaran Covid-19 itu pada masyarakat itu sendiri, apalagi kalau mereka bukan ke hotel, seperti ke pantai dan yang lainnya," kata Dinah pada Liputan6.com, Jumat, 27 November 2020.
Ia menilai dipangkas atau tidak jatah libur akhir tahun tak akan memengaruhi minat masyarakat untuk berwisata. Hanya saja, dengan libur akhir tahun yang dipersingkat, preferensi masyarakat berubah dari rencana perjalanan jauh menjadi lokasi-lokasi wisata yang cepat dijangkau.
"Kami sendiri di Grup Batiqa, kalau weekend, mau libur panjang atau tidak, okupansi di Bandung, Puncak, Bogor, Carita, dan Cirebon sudah naik. Bahkan di Lampung, bisa full di weekend atau long weekend," tutur Dinah.
Kalau pun jatah libur akhir tahun diputuskan dipersingkat oleh pemerintah, ia mengatakan okupansi hotel pada waktu-waktu tersebut tidak akan terlalu berpengaruh. Melihat pengalaman sebelumnya, masyarakat bisa jadi mengambil jatah cuti yang ada untuk memenuhi kebutuhan dalam berlibur.
"Polanya mungkin akan sedikit turun (yang berwisata), tetapi trennya sama. Tanpa ada cuti bersama, mereka akan ambil cuti yang jadi haknya dia," sebutnya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pengendalian Perilaku Wisatawan
Ia juga mengatakan penerapan protokol kesehatan bisa lebih efektif jika wisatawan sepenuhnya melakukan staycation. Itu pun bila akomodasi yang diinapi turis merupakan bintang 4 ke atas.
"Mereka bayar lebih mahal, tapi tidak usah ke mana-mana lagi karena fasilitasnya sudah tersedia di hotel," kata Dinah.
Tapi, untuk wisatawan yang masih menginap di hotel bintang 3 ke bawah, akan cenderung mencari atraksi wisata lain. Fakta di lapangan, wisatawan tipe ini masih abai akan protokol kesehatan walau ada petugas yang sudah mengingatkan.
"Kalau mereka stay di bintang 3, apalagi kalau di sana adalah daerah kuliner, atau tempat wisata lain, mereka kan keluar cari hiburan," ujarnya.
Advertisement