Transisi Energi Terbarukan Berpotensi Picu Pengangguran

Transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan (renewable energy) bisa ciptakan banyak lapangan kerja baru

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Nov 2020, 15:54 WIB
Teknisi melakukan perawatan panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PLTS atap yang dibangun sejak 8 bulan lalu ini mampu menampung daya hingga 20.000 watt. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan (renewable energy) bisa ciptakan banyak lapangan kerja baru. Di sisi lain, transformasi ini potensi buat angka pengangguran naik di sektor yang telah ditinggalkan.

Dalam hal ini, Fabby mencontohkan proses transisi yang menyebabkan harga batu bara turun drastis pada periode 2014-2017.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di sejumlah provinsi seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan mengalami penurunan. Dan itu berasosiasi juga dengan meningkatnya pengangguran.

"Kondisi ini masih bisa sangat terjadi jika di masa depan misalnya konsumsi batu bara domestik stagnan atau turun, karena kita menggunakan energi terbarukan," ujar Fabby dalam sesi teleconference, Senin (30/11/2020).

Fabby mengatakan, hal ini perlu dikelola. Pemerintah pada saat menggenjot pertumbuhan energi terbarukan juga dihimbau untuk bisa mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.

Hal ini telah dilakukan oleh sejumlah negara seperti di India dan Vietnam yang turut membangun industri dalam negeri. Vietnam ketika mendorong pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada 2017 lalu sudah memasukan dalam pembangunan nasionalnya untuk membangun solar economy.

Alhasil, strategi multiplier effect tersebut berhasil membangun pengembangan energi terbarukan sekaligus ekonomi di Vietnam.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Butuh Perencanaan

PLTS di Bendungan Jatibarang. (Dok PUPR)

"Mereka mendorong industri yang mendukung ekosistem pembangunan PLTS itu juga tumbuh di Vietnam. Dan kita bisa lihat hasilnya sekarang," sambung Fabby.

"Jadi ini yang kami katakan, transisi energi ini perlu direncanakan dan masuk dalam agenda atau rencana pembangunan nasional yang kemudian bisa dikerjakan oleh berbagai sektor," imbuh Fabby.

"Transisi energi tidak hanya jadi persoalan atau menjadi tanggung jawab sektor energi juga, tapi sektor-sektor ekonomi yang lain," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya