Liputan6.com, Jakarta - Satu dekade sudah Harry Styles berkarier sebagai penyanyi, mulai dari menitinya bersama One Direction, hingga merilis karya solo. Panjang perjalanan tersebut, di mana perubahan nuansa lagunya selalu jadi topik menarik untuk dibahas, sayang bila semata mengidentikkan pemilik nama lengkap Harry Edward Styles itu dengan kemampuan mengolah nada.
Di samping debutnya sebagai aktor, topik perbincangan soal Styles juga berputar di antara pilihan busana. Sejak solo, jebolan ajang pencarian bakat di Inggris ini tegas memberi pernyataan lewat busana demi busana tak biasa yang dikenakan.
Yang terbaru, ini mungkin tampak seperti pilihan tak biasa bagi sebagian orang. Tapi, kardigan tambal sulam yang dikenakan Styles siap melenggang sebagai bagian dari koleksi fesyen Museum Victoria & Albert, London, Inggris.
Baca Juga
Advertisement
Melansir laman Lonely Planet, Senin (30/11/2020), kardigan rajut keluaran label JW Anderson ini sempat memicu sensasi daring setelah Styles memakainya saat latihan di acara NBC's Today, awal tahun ini.
Selama pembatasan wilayah akibat pandemi corona COVID-19, penggemar pelantun lagu Kiwi tersebut membuat pakaian blok warna versi mereka dan membagikannya di platform TikTok menggunakan tagar #harrystylescardigan.
Tagar tersebut telah berisi 40,1 juta tampilan, menginspirasi pendiri dan direktur kreatif JW Anderson, Jonathan Anderson, merilis pola dan tutorial cara membuat kardigan yang dimaksud.
Menurut pihak museum, pendekatan Harry Styles pada penampilan netral gender, ceria, dan eksperimental terhadap fesyen telah memainkan peran besar dalam mengembangkan kepribadiannya yang khas sebagai seorang seniman. Pilihan gaya fesyen yang sering flamboyan terus-menerus mendorong batasan, menjadikan pria 26 tahun tersebut salah satu ikon gaya paling berpengaruh di generasinya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Memicu Fenomena Budaya
Pihak museum sengaja memamerkan kardigan tersebut sebagai tanggapan terhadap Harry Styles yang memicu fenomena budaya karena memakainya. Keputusan ini juga sebagai respons kekuatan kreativitas dan media sosial dalam menyatukan orang di saat-saat sulit yang ekstrem.
"Sungguh luar biasa dapat menambahkan desain ini ke koleksi fesyen dan gaun kami yang mewakili pendekatan terhadap desain, sekaligus mendokumentasikan momen ini pada waktunya," kata museum di London tersebut.
"Kardigan tersebut juga mencerminkan pendekatan eksperimental Jonathan Anderson terhadap pakaian rajut dalam koleksinya dan memperjuangkan media kerajinan. Dengan membuat pola untuk kardigan tersedia di situs webnya, mereka mendorong lebih banyak orang mencoba sendiri membuat pakaian untuk diri sendiri," sambung pihaknya.
Jonathan Anderson mengatakan bahwa sungguh luar biasa melihat begitu banyak orang merajut kardigan dan menjadikan item tersebut jadi sarat sentuhan personal bagi masing-masing orang. "Saya sangat terkesan dengan semuanya," katanya.
"Menyumbangkan kardigan ke V&A terasa seperti langkah tepat berikutnya untuk mengakui kreativitas dan kerajinan luar biasa semua orang, terutama selama masa yang penuh tantangan dalam sejarah," imbuh Anderson.
Advertisement