BPS Catat Inflasi November 2020 di Angka 0,28 Persen

BPS mencatat secara tahun berjalan atau year to date (ytd) terjadi inflasi sebesar 1,23 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 01 Des 2020, 11:21 WIB
Pedagang sayuran menunggu pembeli di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen, salah satunya karena adanya kenaikan harga sejumlah makanan, minuman, dan tembakau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan harga atau inflasi 0,28 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada November 2020.

Inflasi tersebut lebih tinggi dari Oktober 2020 yang sebesar 0,07 persen. Catatan ini juga lebih tinggi dari November 2019 yang mengalami inflasi sebesar 0,14 persen.

"Inflasi Indonesia di bulan November 2020 ebesar 0,28 persen month to month. Kalau bicara inflasi November 2020, maka setelah mengalami deflasi Agustus dan September -0,05 persen. Oktober kita inflasi 0,07 persen," jelas Kepala BPS Suhariyanto, Selasa (1/12/2020).

Sementara secara tahun berjalan (year to date/ytd) terjadi inflasi sebesar 1,23 persen. Sedangkan secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan November 2019, inflasi mencapai 1,59 persen pada November 2020.

Menurut Suhariyanto, catatan inflasi pada November 2020 masih lebih baik dibanding negara lain. Seperti China yang masih mengalami deflasi pada kuartal III 2020.

Begitu juga dengan Inggris dan Amerika Serikat, yang pertumbuhannya masih di angka 0 persen. Sementara untuk beberapa negara berkembang seperti Brazil dan Afrika Selatan telah menunjukan inflasi.

"Di beberapa negara ASEAN juga ada inflasi, selerti Malaysia Filipina Vietnam. Singapura pada kuartal III 2020 mencapai 0,40 persen. Untuk negara ASEAN lain belum rilis," tukas Suhariyanto.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Inflasi November 2020 Diperkirakan 0,18 Persen

Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan terjadi inflasi pada November 2020 di angka 0,18 persen MoM, atau 1,50 persen YoY dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,07 persen MoM atau 1,44 persen YoY.

“Inflasi bulan November didorong oleh kenaikan inflasi harga bergejolak terindikasi dari tren kenaikan harga dari sebagian besar komoditas pangan,” kata Josua kepada Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).

 

Adapun komoditas pangan yang menjadi penyebab adanya inflasi berasal dari komoditas daging ayam yang naik 9,3 persen MoM, daging sapi 0,2 persen MoM, telur ayam 5,1 persen MoM, bawang merah 13,7 persen MoM, bawang putih 6,1 persen MoM, cabai rawit 8,1 persen MoM dan minyak goreng 1,1 persen MoM.

Kendati begitu, meskipun terdapat beberapa komoditas pangan yang naik, inflasi juga dipengaruhi oleh adanya komoditas yang turun seperti cabai merah -0,1 persen MoM.

Selain itu, Josua menyebutkan laju bulanan inflasi inti pada bulan November diperkirakan menurun sejalan dengan tren penurunan harga emas sebesar -4,54 persen MoM. Namun inflasi inti diperkirakan sebesar 1,78 persen YoY dari bulan sebelumnya 1,74 persen.

“Secara keseluruhan, inflasi hingga akhir tahun ini diperkirakan akan di bawah 2 persen, lebih rendah dari batas bawah target inflasi Bank Indonesia, mempertimbangkan inflasi sisi permintaan yang masih cenderung lemah di tengah pandemi COVID-19,” ujarnya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya