Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Palo Alto Networks mengumumkan prediksi lanskap keamanan siber pada 2021, di mana situasi kritikal diantisipasi setelah satu tahun Covid-19.
Diungkapkan oleh VP & Regional Chief Security Officer Asia Pasific dan Japan Palo Alto Networks, Sean Duca, keamanan siber adalah kondisi yang tidak pernah selesai.
Pasalnya di dalam kondisi apapun selalu saja ada upaya dari berbagai pihak untuk terus mendapatkan keuntungan dari kejahatan siber.
Menurutnya, 2020 menjadi tahun ujian bagi ketahanan digital. Sean Duca memprediksi, dampak Covid-19 akan dirasakan hingga beberapa tahun ke depan, namun orang sudah mulai bergerak kembali, salah satunya adalah pergi melancong.
Baca Juga
Advertisement
1. Kian Banyak Data Pribadi Tersebar karena Traveling
Prediksi pertama dari Palo Alto Networks adalah mengenai makin banyaknya data yang tersebar akibat adanya negara-negara yang menerapkan kebijakan travel bubble.
"Ketika ada banyak orang melakukan traveling, negara-negara tertentu akan meminta contact tracing. Artinya ada banyak data yang harus dibagikan pelancong ketika mereka memutuskan traveling. Misalnya nama, alamat pribadi, lokasi, riwayat kontak. Ini semuanya adalah data pribadi," kata Sean Duca.
Ia menyebut, hal ini akan jadi PR tersendiri bagi negara yang belum memiliki kebijakan perlindungan data pribadi. Oleh karenanya, ada banyak industri yang menunggu kehadiran RUU PDP karena berkaitan dengan bagaimana bisnis mengumpulkan dan mengolah data dari pengguna.
"Perusahaan perlu mengumpulkan data (terkait traveling) dengan cara yang aman dan memastikan adanya proteksi terhadap data yang dikumpulkan," kata dia.
2. Kesiapan 5G dan Keamanan Siber
Meski sudah diadopsi di sejumlah negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, hingga Amerika Serikat, teknologi jaringan 5G akan terus diadopsi perlahan tapi pasti oleh banyak negara lainnya.
Didukung dengan banyaknya perangkat 5G seperti iPhone 12, jaringan 5G diprediksi akan makin banyak diadopsi.
Kendati demikian, seperti jaringan internet 4G, ada banyak isu keamanan yang dibawanya. Salah-salah, jika penyelenggara jaringan 5G tidak menerapkan keamanan mumpuni, pihak swasta maupun pengguna bisa jadi korban serangan yang serupa ditemui pada jaringan 4G.
"Kami bukannya bilang 5G ngga aman, dari segi kecepatan keandalan, 5G lebih baik dari 4G. namun konektivitas banyak perangkat membuat pertanyaan tersendiri, bagaimana dengan keamanannya? Oleh karena itu, bisnis perlu menerapkan berbagai layer proteksi," Sean Duca.
Advertisement
3. Bekerja di Rumah Kian Cerdas dan Aman
Covid-19 memaksa orang untuk bekerja di rumah dan bertransformasi digital. Sean Duca mengatakan, pengalaman selama 8 bulan bekerja di rumah, membuat banyak perusahaan memikirkan cara agar karyawan tetap bekerja aman dari rumah.
Salah satunya dengan adopsi solusi berbasis cloud. Di mana, kebutuhan perangkat mahal dengan daya komputasi besar mulai berkurang, digantikan oleh desktop tervisualisasi.
Perusahaan pun dapat menyediakan perangkat terhubung yang lebih sederhana, serta memungkinkan karyawan mengakses program dan sumber daya yang dibutuhkan secara daring.
"Meski bekerja di rumah, karyawan harus memiliki proteksi sama dengan saat bekerja di kantor. Untuk itu Palo Alto Network menghadirkan solusi SASE (secure acces service edge) yang menjadi norma keamanan siber baru," kata Sean.
Sementara itu menurut Director & Systems Engineering Palo Alto Networks Indonesia Yudi Arijanto, solusi SASE sudah banyak digunakan perusahaan untuk mengamankan para direktur atau pejabat level C perusahaan.
4. Keamanan Siber bagi Layanan Cloud
Prediksi lainnya dari Palo Alto Network terkait dengan terjadinya perpindahan ke cloud secara besar-besaran dan bukan hanya sekadar untuk mendukung tugas mendasar seperti email.
Pada 2021, banyak kegiatan operasional yang divirtualisasikan dan mendorong perusahaan untuk meninjau kembali sistem keamanan di lingkungan cloud yang telah digunakan.
Sean Duca mengatakan, kontrol keamanan jaringan tetap jadi komponen penting dalam mendukung keamanan cloud. Perusahaan pun perlu memperkuatnya dengan lapis tambahan, terutama di lingkup pengelolaan identitas dan manajemen akses seiring meningkatnya penggunaan cloud.
Palo Alto Networks Unit 42 pun mengamati, satu kesalahan konfigurasi di manajemen akses memungkinkan penyerang melakukan penyusupan ke seluruh cloud dan berpotensi mempengaruhi seluruh lingkungan.
(Tin/Ysl)
Advertisement