Liputan6.com, Jakarta - Sejak mulai beroperasi pada 2018, volume lalu lintas di Jalan Tol Trans Sumatera cenderung belum padat dan masih sepi. Kondisi ini menimbulkan dugaan bahwa jalan tol tersebut rawan kejahatan atau aksi kriminal seperti pemerasan dan pembegalan.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menilai masih ada sejumlah ruas di Jalan Tol Trans Sumatera yang rawat kejahatan. Utamanya di sepanjang jalur antara Bakauheni, Lampung hingga Palembang di Sumatera Selatan.
Advertisement
"Masih ada ruas yang rawan kriminal, tapi tidak semua ruas tol. (Yang masih rawan kriminal) dari Bakauheni ke Lampung," kata Djoko kepada Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).
Djoko beralasan, jalan non-tol sepanjang Bakauheni-Palembang selama ini memang dikenal sudah rawan kejahatan. Terutama di dua daerah, yakni Kabupaten Mesuji di Lampung dan Kecamatan Kayu Agung di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
"itu di Mesuji dan Kayu Agung. Memang kalau dari ruas jalan tol sudah cukup jauh. Karena ruas tol yang terbangun itu melewati daerah rawa-rawa," jelasnya.
Diceritakan Djoko, cerita mengenai Mesuji dan Kayu Agung yang rawan kriminal ini didapatnya saat berbincang langsung dengan supir truk yang kerap melalui rute tersebut pada 2018.
Di luar kedua wilayah tersebut, ia belum mendengar kabar ruas lain di Jalan Tol Trans Sumatera yang jadi sarang kejahatan seperti pemalakan, pemerasan dan pembegalan.
"Setahu saya hanya di kedua ruas ini. Pada saat itu (2018), baru sebagian ruas yang beroperasi. Tapi di akhir tahun sudah total ruas Tol (Trans Sumatera) dari Bakauheni hingga Palembang," ujar Djoko.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sepi dan Kurang Penerangan, Jalan Tol Trans Sumatera Rawan Kejahatan
Jalan Tol Trans Sumatera merupakan proyek strategis nasional yang pengerjaannya terus dikebut agar segera tersambung dari Bakauheni di Lampung hingga Aceh. Namun kabar miring menerpa Jalan Tol Trans Sumatera, dimana beberapa ruasnya yang masih sepi kendaraan dianggap rawan kriminal.
Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transportasi Indonesia (PPMTI) mengemukakan, sejumlah ruas di Jalan Tol Trans Sumatera yang sepi trafik memang rawan kriminal seperti pembegalan hingga pemalakan sejak mulai beroperasi pada 2018.
Terlebih akibat minimnya penerangan di jalan tol tersebut, sehingga membuat Jalan Tol Trans Sumatera cenderung agak rawan saat dilewati di malam hari.
"Kalau di Trans Sumatera itu kejadian biasanya malam. Karena mobil jarang dan penerangan kurang," kata Sekjen PPMTI Kyatmaja Lookman kepada Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).
Namun demikian, Kyatmaja mengatakan, dalam waktu dekat ini ia belum lagi menerima laporan terkait aksi kriminal di Jalan Tol Trans Sumatera.
"Udah lama itu kabarnya. Akhir-akhir ini saya belum ada kabar lagi," ujar dia.
Sebelumnya, PT Hutama Karya (Persero) selaku operator Jalan Tol Trans Sumatera sempat mengutarakan banyaknya tantangan yang harus diselesaikan di masa awal pengoperasian tol. Salah satunya terkait potensi tindak kriminal di sekitar.
Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto menyampaikan, volume lalu lintas kendaraan di berbagai ruas Tol Trans Sumatera saat ini masih tercatat rendah, sehingga berpotensi mengundang kejahatan.
Tapi, ia menegaskan, Hutama Karya telah mengantisipasi hal tersebut dengan mempersiapkan sejumlah tim patroli yang siaga mengawal aktivitas di Jalan Tol Trans Sumatera secara non-stop.
"Dengan trafik yang rendah ini mengundang kejahatan. Oleh karena itu kami menyediakan patroli tiap saat, sehingga para pengguna tol ini akan aman dari gangguan keamanan di sekitar tol," ujar Budi Harto dalam sesi webinar beberapa waktu lalu.
Advertisement