Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun sekitar 1 persen pada hari Selasa karena investor menunggu arahan dari OPEC dan sekutunya setelah produsen menunda pertemuan formal untuk memutuskan apakah akan menaikkan produksi mulai Januari.
Dikutip dari CNBC, Rabu (2/12/2020), harga minyak mentah Brent turun 0,6 persen lebih rendah pada USD 47,42 per barel. Sementara West Texas Intermediate turun 1,74 persen menjadi USD 44,55 per barel.
Advertisement
Kedua kontrak melonjak sekitar 27 persen pada November, didorong oleh harapan bahwa vaksin COVID-19 akan meningkatkan ekonomi global dan permintaan bahan bakar, dan dibantu oleh ekspektasi bahwa produsen minyak akan menjaga ketat produksi di tengah gelombang baru virus.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu lainnya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, menunda pembicaraan tentang kebijakan produksi tahun depan hingga Kamis dari Selasa, karena para pemain utama belum setuju, kata sumber.
"Gangguan nyata dalam diskusi OPEC yang telah memaksa penundaan dalam pertemuan zoom OPEC + hingga Kamis telah menghentikan momentum kenaikan harga minyak yang terbukti cukup mengesankan bulan lalu," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
"Rally yang kuat harga minyak selama periode jangka pendek mengakibatkan kondisi teknis overbought yang menjelaskan penurunan harga dalam beberapa sesi terakhir," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rencana Pemangkasan Produksi
Grup itu akan mengurangi pengurangan produksi saat ini sebesar 7,7 juta barel per hari (bph) sebesar 2 juta barel per hari dari Januari.
Dengan permintaan yang masih lemah, OPEC + telah mempertimbangkan untuk memperpanjang pemotongan sekitar 8 persen dari permintaan global hingga bulan-bulan pertama 2021, posisi yang didukung oleh pemimpin OPEC de facto Arab Saudi, kata sumber. Rusia, sementara itu, mendukung peningkatan bertahap.
“Grup mungkin akan menemukan beberapa kompromi untuk menyelamatkan muka, dengan perpanjangan pendek menjadi hasil yang paling mungkin diikuti oleh pengembalian produksi bertahap,” kata Helima Croft dari Royal Bank of Canada.
"Meskipun demikian, pertengkaran terbaru ini bukan pertanda baik untuk kohesi kolektif pada tahun 2021 karena optimisme vaksin berlimpah dan produsen mengantisipasi pemulihan yang kuat," tambah Croft.
Jajak pendapat Reuters terhadap 40 ekonom dan analis memperkirakan Brent akan mencapai rata-rata USD 49,35 per barel tahun depan.
Advertisement