Liputan6.com, Jakarta - Perwakilan Uni Eropa dan ASEAN telah melaksanakan pertemuan EU-ASEAN Ministerial Meeting 2020 pada Selasa 1 Desember 2020 di Singapura. Isu-isu yang dibahas mencakup koneksi antar negara, mitigasi pandemi, hingga isu militer di Laut China Selatan.
Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN, Igor Driesmans, menegaskan bahwa Uni Eropa minta agar semua pihak menahan diri, serta menghindari militerisasi.
Baca Juga
Advertisement
"Uni Eropa telat beberapa kali menyatakan kita khawatir terkait militerisasi Laut China Selatan," ujar Dubes Driesmans, Rabu (2/12/2020).
Uni Eropa mendukung penerapan United Nations Convention for the Law of the Sea (UNCLOS). Hal lain yang didukung Uni Eropa adalah kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut China Selatan.
Dubes Driesmans berkata para menteri yang hadir pada pertemuan EU-ASEAN sepakat untuk menahan diri di Laut China Selatan.
"Para menteri juga menekankan betapa pentingnya bagi semuanya untuk mengikuti prinsip-prinsip non-militerisasi dan penahanan diri dalam mengurus ketegangan-ketegangan di Laut China Selatan," ujar Dubes Driesmans.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Perkuat Koneksi dengan ASEAN
Pertemuan EU-ASEAN 2020 menghasilkan kesepakatan untuk memperat hubungan Indonesia dan Uni Eropa. Selama ini, Uni Eropa dan ASEAN belum memiliki platform pertemuan antar pemimpin.
Dubes Driesmans berharap hasil pertemuan terkini bisa meningkatkan koneksi antar pemimpin Uni Eropa dan ASEAN.
"Keputusan kemarin akan berujung kepada lebih banyak komunikasi antara pemimpin kita. Saat ini kita belum memiliki pertemuan reguler antara pemimpin kita," ujar Dubes Driesmans.
Ia pun menegaskan bahwa Uni Eropa ingin ASEAN semakin kuat. ASEAN yang kuat dapat menjadi mitra Uni Eropa dalam mendukung multilaterarisme.
"Kami berpikir ASEAN yang kuat adalah penting bagi Uni Eropa. Tak hanya dalam membawa kemakmuran pada rakyatnya, tetapi juga dalam membawa stabilitas ke Asia dan seluruh dunia," jelas Driesmans.
Advertisement