Liputan6.com, Jakarta - Mal Golden Truly yang bertempat di Gunung Sahari, Jakarta Pusat resmi tutup. Mal yang sempat menjadi primadona tempat berbelanja masyarakat era 1990-an ini terpaksa menutup toko offline per 1 Desember 2020.
Dikutip dari laman Instagram resmi mal @goldentruly, Rabu (2/12/2020), mal ini akan dikelola oleh pengelola gedung baru.
Advertisement
"Mulai tanggal 1 Desember 2020, mal di Jalan Gunung Sahari nomor 59 akan dikelola oleh pengelola gedung baru," demikian tulis manajemen Golden Truly.
Kendati, masyarakat masih dapat berbelanja kebutuhan yang tersedia di Golden Truly melalui toko online mereka, tepatnya di e-commerce Tokopedia dan Shopee.
"Teruslah berbelanja di toko online Golden Truly! Still your one stop shopping!" demikian tertulis dalam postingannya.
Dengan ditutupnya mal ini, manajemen menghaturkan rasa terima kasih kepada para pelanggan setianya.
"Terima kasih atas kepercayaan dan kesetiaan terhadap mall Golden Truly selama hadi di Jalan Gunung Sahari," tulisnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mal Tutup Lebih dari 3 Bulan selama Pandemi, Pertama dalam Sejarah
Pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia sejak Maret 2020 memberi dampak besar bagi ekonomi di Tanah Air. Salah satu sektor yang sangat terdampak adalah retail khususnya pusat perbelanjaan atau mal.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja menyatakan, selama pandemi, mal tutup hingga 3 bulan dari bulan April sampai pertengahan Juni. Ini adalah periode terlama tutupnya pusat perbelanjaan sejak mereka berdiri.
"Belum pernah pusat perbelanjaan tutup 3 bulan lebih, dari April sampai pertengahan Juni tutup total atau terbuka terbatas, jadi itu betul-betul pertama dalam sejarah," ujar Alphonsus dalam webinar, Jumat (16/10/2020).
Saat itu, pengelola mal dan pemilik tenant panik karena belum mengantisipasi terjadinya wabah. Meski sempat tutup karena penjualan dianggap tidak bisa menutup biaya operasional, namun para pemilik tenant akhirnya terpaksa membuka usaha kembali karena Covid-19 yang tak kunjung selesai.
"Jadi tutup terus juga jadi masalah," katanya.
Alphonsus melanjutkan, tiap kelas pusat perbelanjaan memiliki masalah yang berbeda. Pusat perbelanjaan menengah ke bawah memiliki trafik yang cukup tinggi namun daya beli yang rendah. Sementara, pusat perbelanjaan menengah ke atas memiliki profil kunjungan yang menurun.
Hal ini dikarenakan pengunjung mal menengah atas rata-rata berasal dari level menengah atas yang memiliki awareness lebih tinggi untuk tidak bepergian selama pandemi, termasuk ke mall.
"Kesimpulannya, hampir semua kelas mengalami masalah. Yang satu trafik, yang satau daya beli," lanjutnya.
Advertisement