Liputan6.com, Jakarta - Dosen Fisip, Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya, Umar Sholahudin buka suara mengenai tindakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) yang berkirim surat kepada wargnya untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan memilih paslon nomor urut satu, Eri Cahyadi dan Armudji pada 9 Desember 2020.
Dia mengungkapkan dalam situasi yang semakin menghangat seperti ini, warga butuh wali kota yang mengayomi semua.
"Yang terjadi malah sebaliknya, Bu Risma berkirim surat yang isinya kampanye. Ini saya rasa tidak bijak, malah membuat situasi di tengah masyarakat panas,” ujar dia, Rabu (2/12/2020).
Masyarakat Surabaya saat ini sudah terbagi. Ada yang pro paslon satu, Eri Cahyadi-Armuji, ada pula yang mantap memilih paslon dua Machfud Arifin-Mujiaman. Surat itu akan membuat kristalisasi suka dan tidak suka di tengah masyarakat semakin mengeras.
Baca Juga
Advertisement
”Surat itu kesannya pemaksaan kepada yang sudah mantab akan memilih Machfud-Mujiaman untuk memilih Eri-Armuji. Saya khawatir, surat itu akan menimbulkan gesekan di tengah masyarakat," ujar Umar.
Dalam kontestasi pilkada atau pemilihan di Indonesia, Umar baru sekali ini menemukan kejadian seorang wali kota aktif berkirim surat ke seluruh warganya untuk memilih salah satu paslon.
”Ini pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif. Demokrasi Surabaya bisa mati kalau penguasa melakukan hal seperti ini,” kecam Umar.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Kesaksian Penerima Surat Risma
Sementara itu, Eny Widyawati, salah seorang warga di Kapasari Pedukuhan, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Simokerto, adalah salah seorang yang mendapatkan Surat Bu Risma untuk Warga Surabaya.
”Pada awalnya saya senang, bangga, karena sebagai kader mendapatkan surat dari wali kota. Namun, saya kecewa setelah membuka surat, karena isinya kampanye,” lanjutnya.
Menurut Eny, dia sangat hormat pada Risma. Puas dengan kepemimpinan wali kota perempuan pertama di Surabaya itu. Karena itu, dia mau bergabung menjadi kader posyandu, bumantik, maupun PAUD.
”Tapi saya tidak mau didoktrin untuk memilih salah satu paslon seperti ini. Biarkan saya dan seluruh warga Surabaya menentukan pilihan sesuai hati nurani. Saya merindukan Bu Risma yang menjadi wali kota dan mengayomi seluruh warga Surabaya, bukan wali kota salah satu paslon,” tegasnya.
Sekedar diketahui, Pilkada Surabaya 2020 diikuti pasangan Eri Cahyadi dan Armuji. Paslon nomor urut 01 tersebut diusung oleh PDI Perjuangan dan didukung oleh PSI.
Selain itu, mereka juga mendapatkan tambahan kekuatan dari enam partai politik nonparlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.
Pasangan Machfud Arifin-Mujiaman dengan nomor urut 02 diusung koalisi delapan partai, yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat, dan Partai Nasdem serta didukung Partai Perindo.
Advertisement