Liputan6.com, Jakarta – Dalam perjalanan karier seseorang, ada kalanya menemui jalan bercabang. Pikiran apakah ingin menjadi seorang pekerja lepas (freelance) atau bekerja penuh waktu (full time).
Dilema ini terkadang membuat perang batin. Di satu sisi, enak jadi freelance. Tidak terikat waktu. Tapi penghasilannya cuma kalau lagi ada orderan atau panggilan kerja. Sementara bekerja penuh waktu, misalnya di kantoran, terikat sekali oleh waktu.
Jam kerja pukul 8 atau 9 pagi, pulang jam 5 sore. Tapi gaji sudah pasti setiap bulan. Berikut lima hal yang bisa jadi pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Baca Juga
Advertisement
1. Fleksibilitas pekerjaan
Jadi freelance, enaknya bisa mengambil banyak pekerjaan sekaligus. Bekerja tidak hanya untuk satu orang atau perusahaan atau klien, tapi dua atau lebih meski dengan bidang pekerjaan yang sama. Misalnya sebagai desain grafis, untuk klien A, menerima project post instagram 40 gambar per bulan. Lalu klien B sebanyak 20 foto retouch untuk facebook per bulan.
Klien C sebanyak 15 artikel. Sedangkan pekerja full time biasanya tidak boleh bekerja di perusahaan lain. Apalagi di bidang yang sama. Gerakmu dibatasi. Kecuali kamu punya pekerjaan sampingan menjadi wirausaha, seperti jualan online, dan lainnya.
2. Tekanan dari Atasan
Bekerja sebagai freelance maupun full time sama-sama punya tekanan. Bedanya, kalau full time, diawasi langsung oleh si bos. Sedangkan freelance, tekanan hanya datang dari permintaan klien. Karakter klien kan beda-beda, ada yang banyak maunya, ada yang sepenuhnya percaya pada freelance.
3. Perbedaan Jam kerja
Seperti yang sudah dijelaskan sedikit di atas, antara freelance dan pekerja full time memiliki jam kerja berbeda. Lebih fleksibel jika kamu menjalani pekerjaan sebagai freelance. Suka-suka kamu jam kerjanya.Biasanya klien yang merekrut seseorang freelance akan memberikan target pekerjaan dalam sehari, seminggu, atau sebulan. Kamu tidak perlu datang ke kantor, cukup bekerja dari rumah atau manapun.
Mau kerja jam berapa saja dan caranya bagaimana tidak masalah. Yang penting target atau deadline terpenuhi. Kamu punya banyak waktu untuk liburan di hari kerja. Misalnya mau liburan di hari Senin-Jumat tidak ada yang memarahi, tidak perlu ambil cuti. Bahkan bisa memanfaatkan waktu liburan sambil kerja.
Sedangkan pekerja full time, tidak boleh seenaknya. Harus ikut aturan kantor, bekerja minimal 8 jam sehari. Dari jam 8 pagi sampai 5 sore. Kehadiran tersebut menjadi penting, bahkan poin penilaian kinerja karyawan. Jika sering telat, konsekuensinya bisa diberi teguran ataupun surat peringatan. Mau liburan harus nunggu di weekend atau hari libur nasional. Di weekdays, boleh saja jalan-jalan. Asal mengajukan cuti tahunan.
4. Penghasilan yang diterima
Kalau menjadi pekerja full time, gaji kan sudah jelas. Diterima setiap bulan dengan besaran yang sama. Kecuali ada kenaikan gaji. Rinciannya ada gaji pokok, uang makan, uang transport. Ada juga tunjangan kinerja. Setiap tahun mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus.
Sementara penghasilan freelance tidak tentu. Tergantung jumlah project atau pekerjaan yang diambil. Contohnya project tulisan artikel. Sebulan sanggup mengerjakan 40 artikel. Fee-nya Rp 50 ribu per artikel, berarti dalam sebulan mengantongi Rp 2 juta. Itu tentu kalau lagi ada project.
Jika tidak ada, berarti ya tidak ada pemasukan sama sekali. Tapi bila kamu mendapat project lebih banyak, penghasilan yang diperoleh pun bisa jauh lebih besar dibanding bekerja full time. Bagi Anda yang ingin memulai karir sebagai freelancer bisa mencoba dengan situs sribulancer.com.
5. Pandangan masyarakat
Sebetulnya mau bekerja sebagai apapun tidak masalah, selagi pekerjaan itu halal. Tapi freelance sering dianggap pekerjaan yang gak jelas. Tidak menghasilkan. Mereka masih menganggap bahwa jadi pegawai kantoran lebih baik.
Dianggapnya gaji besar, kerjanya di ruangan AC dan depan komputer, kesehatan dijamin perusahaan, pokoknya serba enak deh. Padahal belum tentu pekerja full time bernasib seperti itu. Ada yang bekerja penuh waktu, tapi gajinya kecil, bekerja 12 jam sehari, dan masih berstatus kontrak.
Pilih Pekerjaan yang Sesuai dengan Passion. Apapun jenis pekerjaan yang kamu pilih, pastikan sesuai dengan passion-mu. Jangan memaksakan hati nurani. Daripada kamu tertekan nantinya. Pertimbangkan hal-hal di atas dengan masukan atau saran dari keluarga maupun teman. Tapi keputusan tetap ada di tanganmu.