Liputan6.com, Jakarta- Seorang bayi perempuan bernama Molly Gibson mencetak rekor baru dengan lahir dari embrio yang dibekukan selama 27 tahun.
Dilansir BBC, Kamis (3/12/2020), embrio Molly, diketahui sudah ada sejak Oktober 1992 hingga Februari 2020, ketika ibunya, Tina (29) dan ayahnya Ben Gibson (36) dari Tennessee, Amerika Serikat. mengadopsinya.
Advertisement
Molly diyakini telah mencetak rekor baru untuk embrio beku terlama yang menghasilkan kelahiran.
Sebelumnya, rekor tersebut diraih oleh kakaknya, Emma yang lahir pada tahun 2017.
"Kami sudah melewati bulan," kata Ms Gibson, yang juga mengungkapkan, "Saya masih tersendat".
"Jika ditanya lima tahun lalu apakah saya tidak hanya memiliki satu anak perempuan, terapi dua, saya akan mengatakan bahwa diriku gila," katanya.
Pasangan tersebut telah berjuang selama selama hampir lima tahun sebelum akhirnya Tina mendapati informasi tentang adopsi embrio di platform berita lokal.
"Itulah satu-satunya alasan kami berbagi cerita. Jika orang tua saya tidak melihat ini di berita, kami tidak akan berada di sini," kata Tina (29 tahun).
"Saya merasa itu harus menjadi lingkaran penuh," lanjutnya.
Tina, yang berprofesi sebagai seorang guru sekolah dasar dan suaminya, yang bekerja sebagai seorang analis keamanan internet, menghubungi National Embryo Donation Center (NEDC), sebuah organisasi nirlaba Kristen di wilayah Knoxville.
Organisasi itu, menyimpan embrio beku yang diputuskan oleh pasien fertilisasi vitro untuk tidak digunakan dan memilih untuk disumbang.
Tina da Ben kemudian memutuskan untuk mengadopsi salah satu embrio yang disimpan oleh organisasi tersebut, dan melahirkan seorang anak yang secara genetik bukan anak kandung mereka.
Saksikan Video Berikut Ini:
NEDC: Sekitar 1 Juta Embrio Manusia Beku Disimpan di AS
Menurut NEDC, ada sekitar satu juta embrio manusia beku yang disimpan di AS saat ini.
Mark Mellinger, direktur pemasaran dan pengembangan NEDC, mengatakan bahwa pengalaman dengan infertilitas adalah hal yang tak jarang terjadi di antara keluarga yang mencari donasi embrio.
"Saya akan mengatakan mungkin 95% pasangan telah mengalami semacam infertilitas", kata Mellinger.
"Kami merasa terhormat dan senang untuk melakukan pekerjaan ini, dan membantu pasangan menumbuhkan keluarga mereka," lanjutnya.
Saat mengadopsi embrio pertama mereka, keluarga Gibson melahirkan Emma pada tahun 2017.
Didirikan 17 tahun lalu, NEDC diketahui telah memfasilitasi lebih dari 1.000 adopsi dan kelahiran embrio, dan sekarang telah melakukan sekitar 200 transfer setiap tahunnya. Mirip dengan proses adopsi tradisional, pasangan dapat memutuskan apakah mereka ingin mengadopsi embrio secara "tertutup" atau "terbuka" - memungkinkan untuk beberapa bentuk kontak dengan pihak keluarga pendonor.
Kontak ini berujung antara beberapa email setiap tahun hingga hubungan seperti sepupu, ungkap Mellinger.
Pasangan yang berminat untuk mengadpsi akan diberikan 200-300 profil pendonor, lengkap dengan riwayat demografi keluarganya.
"Kami tidak peduli seperti apa bayi ini, dari mana asalnya," tutur Gibson.
"Suami saya dan saya adalah orang-orang dengan tinggi badan yang lebih kecil, jadi kami melewati dan mempersempitnya berdasarkan tinggi dan berat dan mencari sesuatu yang mirip dengan kami," jelasnya.
Kedua anak Tina dan Ben, yakni Molly dan Emma, tetap merupakan saudara kandung.
Kedua embrio bayi perempuan tersebut didonasikan dan dibekukan pada tahun 1992, saat Tina Gibson berusia sekitar satu tahun. Menurut NEDC, embrio Emma berusia 24 tahun adalah yang tertua dalam sejarah yang pernah lahir, hingga kemudian Molly lahir pada 2020.
Emma menyayangi adik perempuan barunya, kata Tina. "Dia memperkenalkannya kepada siapa pun yang melihatnya sebagai 'adik perempuanku Molly' ", tambahnya.
Advertisement