Kecam Pembunuhan Ilmuwan Nuklir, Iran: Bertujuan Merusak Stabilitas Timur Tengah

Pemerintah Iran berkata pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh bertujuan merusak stabilitas di Timur Tengah dan mengganggu perjanjian nuklir.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Des 2020, 11:03 WIB
Menteri Pertahanan Iran, Jendral Gen. Amir Hatami, bicara di pemakaman ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh. Dok: Kementerian Pertahanan Iran

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Iran mengecam keras pembunuhan Prof. Mohsen Fakhrizadeh yang merupakan ilmuwan nuklir terkemuka di Iran. Aksi pembunuhan itu disebut tindakan pengecut dan keji.

Iran lantas meminta dunia internasional untuk turut mengutuk para pelaku dan mengambil tindakan terhadap aktor intelektual dibalik tindakan ini.

Pembunuhan Fakhrizadeh juga dinilai sebagai upaya merusak stabilitas di Timur Tengah.

"Pembunuhan ini ... menciptakan krisis skala besar untuk semakin membuat kawasan Timur Tengah tidak stabil dan mempersulit penerapan perjanjian nuklir Iran (Joint Comprehensive Plan of Action - JCPOA)," jelas Kedubes Iran di Indonesia dalam pernyataan resmi, Kamis (3/12/2020).

Prof. Mohsen Fakhrizadeh disebut mengembangkan nuklir Iran untuk tujuan damai. Pembunuhan Fakhrizadeh dianggap merampas hak Iran untuk mengembangkan nuklir secara damai.

Sebagai ilmuwan, Fakhrizadeh ikut terlibat dalam pengembangan kit uji dan vaksin COVID-19 pertama di Iran. 

"Selama beberapa tahun terakhir, beberapa ilmuwan Iran dan pahlawan nasional kami telah menjadi sasaran dan dibunuh dalam berbagai serangan teroris," ujar pemerintah Iran.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Menuduh Israel

Bendera Israel berkibar di dekat Gerbang Jaffa di Kota Tua Yerusalem (20/3). Gerbang Jaffa adalah sebuah portal yang dibuat dari batu yang berada dalam deret tembok bersejarah Kota Lama Yerusalem. (AFP Photo/Thomas Coex)

Pemerintah Iran menuduh Israel terlibat dalam "konspirasi jahat untuk mengganggu perjanjian nuklir Iran.

Iran berkata Israel menolak JCPOA yang ditandangani antara Iran, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, serta Jerman.

Israel lantas melobi Amerika Serikat agar Iran diberikan sanksi saja.

Iran kini meminta masyarakat internasional untuk ikut mengutuk tindakan ini.

"Rakyat Iran berharap komunitas internasional dan negara-negara pembela hak asasi manusia untuk mengutuk terorisme negara dan membangun konsensus agar melawan ketegangan di kawasan," ujar Iran.


Iran Akan Balas Kematian Ilmuwan Nuklirnya, Sebut Israel Bertanggungjawab

Pemakaman ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh. Dok: Kementerian Pertahanan Iran

Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan pada Sabtu 28 November 2020 bahwa ia berjanji akan melakukan pembalasan atas pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh.

Fakhrizadeh, yang dituduh oleh negara Barat dan Israel sebagai otak di balik proyek senjata nuklir rahasia Iran, ditembak oleh pria bersenjata ketika berada di dalam mobilnya, di dekat Ibu Kota Teheran, pada Jumat 27 November 2020.

Khamenei --yang menyebut bahwa Pemerintah Iran tidak pernah berupaya membuat senjata nuklir-- juga berjanji untuk melanjutkan kerja Fakhrizadeh, demikian menurut pernyataannya dalam cuitan di Twitter. 

Dalam cuitannya, Khamenei menyebutkan bahwa para pejabat Iran harus menjalankan tugas untuk "mengejar kasus ini serta menghukum pelaku dan siapa yang memerintahkannya."

Sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani menuding bahwa Israel adalah dalang pembunuhan Fakhrizadeh.

Rouhani, dalam rapat kabinet yang disiarkan di televisi, menyatakan bahwa Iran akan merespons "pada waktu yang tepat."

"Sekali lagi, tangan-tangan jahat Arogansi Global dan para pembunuh bayaran Zionis telah ternoda oleh darah seorang putra Iran," kata Rouhani, menggunakan istilah yang merujuk pada Israel saat menyebut Zionis.

Kanal berita Israel, N12, menyebut sejumlah Kedutaan Besar Israel telah meningkatkan kewaspadaan atas ancaman serangan balasan Iran.

Pembunuhan ini dapat menyulut konfrontasi baru antara Iran dengan Israel dan negara-negara musuh, di akhir masa jabatan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya