Pelaku Kejahatan Siber Sasar PJJ Selama Pandemi Covid-19

Masifnya kegiatan belajar di rumah membuat pelaku kejahatan siber menyasar pembelajaran online alias pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 03 Des 2020, 11:00 WIB
Pelajar saat kegiatan pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan memanfaatkan Jak Wifi di Balai Warga RW 02 Kelurahan Galur, Jakarta, Jumat (4/9/2020). Program internet gratis dari Pemprov DKI itu untuk pelajar di permukiman padat penduduk yang kesulitan mengakses internet. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Hampir sepanjang 2020, institusi pendidikan di seluruh Asia Tenggara dipaksa untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Rupanya hal ini dimanfaatkan pelaku kejahatan siber untuk menarget sektor pendidikan dengan masifnya pembelajaran online.

Berdasarkan data Kaspersky, jumlah total serangan DDoS meningkat 80 persen di kuartal pertama 2020, dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Dari keseluruhan ini, serangan di sektor pendidikan menjadi penyumbang cukup besar. Di tengah Januari dan Juni 2020, jumlah serangan DDoS yang mempengaruhi sumber daya pendidikan meningkat 350 persen dibanding bulan yang sama di 2019.

Serangan DDoS sendiri dianggap sangat merusak karena bisa berlangsung beberapa hari atau setiap minggunya. Dengan sejumlah kasus sumber daya pendidikan, gangguan ini akan menolak akses siswa dan staf ke materi penting.


Aplikasi Pembelajaran dan Video Conference Jadi Target

Sejumlah siswa menggunakan jaringan JakWiFi saat mengikuti kegiatan PJJ di Rumah Diskusi RT 007/008 Cipinang Besar Utara, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Warga mengeluhkan jaringan JakWiFi di beberapa wilayah karena lemahnya sinyal internet. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Laporan Kaspersky yang diterima Kamis (3/12/2020), menyebut, Kaspersky Security Network menunjukkan lonjakan tajam dalam jumlah pengguna di Asia Tenggara yang terancam penyamaran platform e-learning dan video conference selama tiga kuartal pertama 2020.

Aplikasi yang dimaksud termasuk Moodle, Zoom, edX, Coursera, Google Meet, Google Classroom, dan Blackboard.

Sebelumnya hanya 131 pengguna yang terpengaruh pada Januari-Maret 2020 menjadi 1.483 pengguna pada kuartal kedua 2020, di Asia Tenggara.

General Manager Asia Tenggara Kaspersky, Yeo Siang Tiong mengatakan, ada peningkatan empat digit dalam jumlah pengguna yang harus diamankan dari ancaman online.


Solusi Kaspersky

Kaspersky Lab (AP)

"Hal ini membuktikan bahwa pelaku kejahatan siber sangat sadar ada celah baru yang bisa dimanfaatkan untuk membidik sektor pendidikan," kata Yeo.

Ia mengatakan, transisi pembelajaran online membuat para siswa dan guru jadi lebih rentan terhadap trik rekayasa sosial seperti phishing atau scam.

Kaspersky pun menghadirkan solusi bagi institusi pendidikan berskala kecil dan menengah yakni Kaspersky EDR Optium.

Solusi ini memungkinkan organisasi mengimplementasikan skenario deteksi dan respon titik akhir hingga kemampuan investigasi dan respon insiden terhadap ancaman dasar hingga kompleks.

(Tin/Ysl)


Infografis Pembelajaran Jarak Jauh:

Infografis Plus Minus Belajar dari Rumah Secara Online. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya