Liputan6.com, Singapura - Seorang bayi yang dilahirkan dari ibu yang positif COVID-19, dilaporkan telah memiliki antibodi yang melindungi dirinya dari Virus Corona, setidaknya untuk sementara.
Kejadian itu dilaporkan pada Aldrin, bayi dari Celine Ng-Chan, seorang wanita di Singapura yang melakukan persalinan pada awal November 2020.
Advertisement
"Kehamilan dan persalinan saya berjalan lancar meskipun didiagnosis dengan COVID-19 pada trimester pertama saya, yang merupakan tahap kehamilan paling tidak stabil," kata Ng-Chan seperti dikutip dari Business Insider pada Kamis (3/12/2020).
Straits Times, melaporkan, Ng-Chan hanya mengalami gejala ringan dari COVID-19. Dia juga diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah dua minggu.
"Dokter mencurigai saya telah mentransfer antibodi COVID-19 kepadanya selama kehamilan," ujarnya seperti mengutip South China Morning Post.
Laporan ini menimbulkan pertanyaan. Apakah benar bayi bisa dilahirkan dengan antibodi yang melindungi dirinya dari COVID-19, apabila sang ibu pernah terkena Virus Corona ?
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Berbagai Teori yang Mungkin Terjadi
Dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto mengatakan, sejauh ini belum ada studi yang benar-benar menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat menular dari ibu ke bayi melalui darah.
"Tetapi beberapa laporan menunjukkan memang RNA dari virus ada di dalam darah yang terinfeksi COVID-19," kata Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu dalam dialog dari Graha BNPB, Jakarta.
Sehingga secara teori, ada potensi RNA virus tersebut bisa masuk ke dalam bayi, termasuk apabila sudah ada antibodi yang terbentuk.
"Meskipun sejauh itu beberapa bulan yang lalu belum ada laporan kasus, ternyata sekarang ditemukan hal itu," ujarnya. "Tentu ini menjadi hal yang harus dikaji lebih lanjut oleh para ahli."
Beberapa studi memang tengah mengkaji tentang kemungkinan ini. Misalnya, sebuah studi kecil menemukan bahwa ibu yang positif COVID-19, dapat menurunkan antibodi IgG yang melawan virus, ke janin di rahim mereka.
Dalam satu laporan kasus di bukan Oktober, ditemukan bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan COVID-19 tanpa gejala, memiliki antibodi IgG dengan hasil tes negatif dari virus corona. Para penulis mengemukakan adanya "kekebalan pasif" melalui plasenta.
Beberapa studi lain juga menyebutkan, antibodi COVID-19 mungkin bisa didapatkan oleh seorang anak lewat proses menyusui.
Advertisement
Butuh Penelitian Lanjutan
Sementara dalam laporan di jurnal Emerging Infectious Diseases, para dokter di China melaporkan deteksi dan penurunan dari antibodi COVID-19 dari waktu ke waktu, pada bayi yang lahir dari ibu positif virus corona.
Kepada Insider, dokter anak dan ahli neonatologi Jessica Madden mengatakan bahwa dalam beberapa kasus, laporan semacam ini diharapkan. Hal ini karena antibodi IgG yang melawan bakteri dan virus, diketahui dapat melindungi janin dan bayi baru lahir dari penyakit menular.
"Inilah alasan mengapa vaksin tertentu, seperti pertusis dan flu, dianjurkan selama kehamilan," kata Madden. "Antibodi IgG meningkat pada janin di akhir kehamilan, terutama setelah tanda kehamilan 36 pekan."
Namun ia menegaskan, masih lebih banyak penelitian untuk mengetahui apakah tingkat gejala juga mempengaruhi tingkat antibodi, apakah waktu infeksi selama kehamilan, serta seberapa kuat dan tahan lama perlindungan pada bayi.
Hal ini juga disampaikan oleh Tan Hak Koon dari divisi obstetri dan ginekologi di KK Women's and Children's Hospital, Singapura.
"“Masih belum diketahui apakah kehadiran antibodi ini pada bayi yang baru lahir menawarkan tingkat perlindungan terhadap infeksi COVID-19, apalagi durasi perlindungannya," kata Tan Hak Koon.
Infografis Waspada 5 Gejala Covid-19 pada Anak
Advertisement