Melek Teknologi, UMKM Bisa Raup Banyak Manfaatkan dari Layanan Fintech

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyampaikan tingkat literasi keuangan digital masyarakat Indonesia sudah cukup baik, atau tercatat 35,5 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Des 2020, 16:00 WIB
Pengunjung memilih produk UMKM pada acara In Store Promotion di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (18/11/2020). Sektor UMKM mendapat perhatian serius dari pemerintah untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dan menopang pertumbuhan ekonomi di masa pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyampaikan tingkat literasi keuangan digital masyarakat Indonesia sudah cukup baik, atau tercatat 35,5 persen.

“Literai keuangan masyarakat khususnya UMKM dalam mengakses pembiayaan serta transaksi keuangan melalui literasi keuangan digital saya rasa sudah cukup baik,” kata Teten dalam webinar #BangunResolusi Talks: Digitalisasi Keuangan Dalam Meningkatkan Perekonomian, Kamis (3/12/2020).

Dalam catatannya, Teten menyebutkan saat ini ada 23 juta pelaku UMKM belum mendapatkan akses pembiayaan perbankan. Sehingga inklusivitas ekonomi menjadi salah satu fitur penting bagi fintech karena memberikan kemudahan bagi UKM untuk memberikan aksess pembiayaan modal kerja.

“Jadi tingkat literasi keuangan kita sudah mencapai 35,5 persen. Saya kira ini sudah relatif baik meski kita terus tingkatkan,” kata Teten.

Selain fintech, opsi lain yang banyak diminati oleh UMKM adalah sekam crowdfunding. Yakni salah satu bentuk pendanaan usaha yang berasal dari beberapa pemilik modal.

“Begitu juga crowdfunding menjadi format pendanaan yang cukup diminati,” kata Teten.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pengusaha Perempuan Dominasi Industri Kreatif di Indonesia

Pengusaha UMKM. Istimewa

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut pengusaha perempuan dan perannya sangat strategis sebagai pahlawan ekonomi khususnya di sektor Koperasi dan UKM, apalagi saat ini, perkembangan ekonomi syariah dan pengusaha perempuan sangat pesat.

“Indonesia berada pada ranking 4 industri pariwisata halal, ranking 3 untuk fesyen muslim, dan ranking 5 untuk keuangan syariah. Namun, untuk produk makanan halal, Indonesia belum masuk 10 besar ini berdasarkan State of The Global Islamic Economy Report 2019-2020,” kata Teten Masduki dalam Muktamar II Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia yang digelar secara daring, Rabu (2/12/2020).

Data BPS saat ini menunjukkan 43,45 persen pengusaha UMKM nonpertanian adalah perempuan. Database KemenkopUKM juga menunjukkan dari total 123.048 koperasi aktif sejumlah 11.458 adalah Koperasi Wanita.

Menurutnya, ekonomi industri kreatif perempuan pun menjadi pemeran utama. Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016, pengusaha perempuan masih memimpin, yakni dengan persentase sebesar 54,96 persen.

“Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan yang didirikan untuk meningkatkan peran Pengusaha Muslimah, peran IPEMI sangatlah penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, menuju kemandirian ekonomi yang berkepribadian Indonesia dan berakhlakul karimah,” katanya.

Kata Teten Masduki, Pemerintah perlu bersinergi dengan IPEMI untuk mendorong perempuan masuk dalam kegiatan ekonomi dan bisnis.

”Terakhir, kepada seluruh peserta selamat melaksanakan Muktamar, membentuk jaringan yang lebih kuat dan semoga program yang telah dilaksanakan seperti Gallery IPEMI, Salon Muslimah, Media Majalah IPEMI dan Pendidikan Pelatihan Manajemen Usaha dapat terus dikembangkan untuk mendorong UMKM wanita semakin berdaya saing,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Teten Masduki menekankan bahwa pemerintah di tengah pandemi menawarkan berbagai kemudahan melalui UU Cipta Kerja dan pemerintah terus melakukan upaya akselerasi pemulihan dan transformasi ekonomi Koperasi dan UMKM.

Tiga transformasi yang dimaksud kata Teten yakni transformasi ke sektor formal. Pelaksanaan Kebijakan Satu Pintu/one gate policy khususnya terkait kemudahan perizinan usaha termasuk Perizinan Tunggal, Data Tunggal, dan lain-lain.

Kedua yakni transformasi ke digital dan pemanfaatan teknologi, melalui pengembangan inkubasi bisnis UMKM berkolaborasi dengan pilar pentaheliks, salah satunya Perguruan Tinggi serta mengoptimalkan agregator dan enabler.

Ketiga transformasi ke rantai nilai (value chain) berdasarkan klaster, kawasan, dan komoditas unggulan.

Ia mencontohkan misalnya melalui program korporatisasi petani/nelayan; belanja barang pemerintah dan BUMN; serta kemitraan usaha strategis baik dengan koperasi maupun usaha besar. 


Infografis Protokol Kesehatan

Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya