Kementerian PUPR Mulai Rehabilitasi Kota Lasem jadi Kota Budaya di 2021

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono membeberkan, pihaknya tengah melakukan rehabilitas kota-kota lama di Indonesia, salah satunya kota Lasem di Rembang

oleh Athika Rahma diperbarui 03 Des 2020, 16:02 WIB
Rumah Oei di Jalan Jatirogo 10, Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang (Foto: Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono membeberkan, pihaknya tengah melakukan rehabilitas kota-kota lama di Indonesia. Salah satu kota yang akan dipugar ialah kota Lasem yang terletak di Rembang, Jawa Tengah.

Basuki bilang, rehabilitasinya akan dilakukan tahun 2021.

"Setelah Kota Lama Semarang, kita juga mau rehab Kota Lasem sebagai kota budaya, menjadi simbol kebhinekaan di Indonesia. Kemarin desainnya sudah selesai, 2021 ini akan kita mulai, itu akan libatkan arsitek," ujar Basuki dalam tayangan virtual, Kamis (3/12/2020).

Basuki bilang, peran arsitek sangat penting dalam pembangunan suatu kota. Arsitek memberikan sentuhan estetika dalam tiap pembangunan infrastruktur sehingga fungsinya tidak hanya semata-mata untuk mendukung kebutuhan namun dapat dinikmati dengan rasa.

"Saya sadar, tanpa arsitek, bangunan itu menjadi besi dan beton yang dipasang. Tidak ada rasanya, tidak ada estetikanya, kayak benda mati yang dipasang menjadi penghubung satu tempat ke tempat lain," kata Basuki.

Hubungan Kementerian PUPR dengan arsitek juga terjalin erat. Secara pribadi, Basuki sudah mulai berhubungan dengan arsitek sejak melakukan pemugaran Stadion Gelora Bung Karno (GBK).

"Saat renovasi GBK, tagline IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) adalah merah putih memanggil. Karena saya sadar GBK ini milik kita semua, jadi saya melibatkan IAI," katanya.

Demikian pula ketika 9 anggota Dewan Arsitek Indonesia (DAI) ia kukuhkan. Basuki berharap, DAI dapat menjadi wadah untuk meningkatkan profesionalitas arsitek dalam membangun untuk masyarakat.

"Semoga kerjasama kita, khususnya Kementerian PUPR dengan IAI akan semakin baik. Harapan kami, harapan masyarakat terhadap DAI cukup besar demi kemajuan arsitektur Indonesia," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Terhantam Pandemi Corona Covid-19, Pendapatan Pengusaha Batik Lasem Anjlok 70 Persen

Perajin Batik di Banyuwangi (Foto: Merdeka.com)

Hampir 10 bulan lamanya Indonesia berjuang menghadapi pandemi Covid-19. Hampir 10 bulan juga, para pelaku usaha terutama Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berdarah-darah mempertahankan kelangsungan bisnisnya.

Bukan hanya demi diri sendiri, namun demi mereka yang menggantungkan nasib pada bisnis tersebut. Sebagaimana yang dialami salah satu pengusaha batik asal Lasem, Rembang, Jawa Tengah.

Bertahun-tahun menjalankan usahanya, Priscilla Renny, pemilik Rumah Batik Maranatha Lasem baru merasakan dampak dahsyat dari sebuah wabah terhadap usaha batiknya.

"Saat Lebaran kemarin, itu sangat terasa dampaknya. Waktu itu banyak sekali minus untuk pesanan, 10 tahun saya bekerja baru kali ini seperti ini," ujar Renny dalam Dialog Rabu Utama Siang bertajuk Vaksin: Harapan Kembali Produktif, Rabu (2/12/2020).

Tak tanggung-tanggung, pendapatan usahanya anjlok hingga 70 persen. Saat ini, dirinya bertahan menjalankan bisnis demi pekerja UMKM batiknya. Jam kerja pun dipangkas. Para pekerja masuk dengan jadwal 10 hari kerja dan 7 hari libur.

Untuk bertahan, kini dirinya memanfaatkan penjualan secara daring baik itu melalui e-commerce atau media sosial.

Meskipun tidak sama seperti sediakala, namun hasilnya berangsur membaik.

"Tiap bulannya sudah ada walaupun tidak seperti dahulu. Sudah ada minimalnya sekarang meskipun masih tergolong minus," ujarnya.

Renny percaya jika pandemi ini akan usai ketika vaksin telah ditemukan dan didistribusikan kepada masyarakat. Dengan begitu, bisnisnya akan kembali seperti semula.

"Saya masih mikir, ke depannya setelah virus ini mulai berlalu saya yakin kondisinya balik seperti semula," ujarnya, optimistis.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya