Liputan6.com, Jakarta - Rencana penggabungan bisnis antara Grab dan Gojek kembali mengemuka. Saat ini kedua perusahaan teknologi tersebut hampir mencapai kesepakatan merger.
Juru Bicara yang juga Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Guntur Syahputra Saragih mengaku hingga saat ini belum bisa memberi keterangan lebih. Sebab, belum ada notifikasi atau pemberitahuan secara resmi terkait rencana merger antara dua decacorn itu.
Advertisement
"Untuk soal merger itukan sesuatu yang belum terjadi, sehingga kita tidak bisa berbicara lebih. Kita juga belum memperoleh notifikasi langsung baik dari pihak Grab ataupun Gojek," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Kamis (3/12).
Hingga sore ini KPPU juga belum menerima adanya permintaan konsultasi terkait rencana merger dua perusahaan raksasa penyedia layanan jasa transportasi online itu. "Jadi, sampai saat ini belum ada konsultasi dari Grab ataupun Gojek terkait penggabungan bisnis itu," tegasnya.
Namun, terkait potensi terjadinya tindakan palanggaran monopoli dari merger itu, KPPU akan merujuk bagaimana pengaruhnya terhadap konsentrasi pasar, potensi dampak, serta potensi perilaku yang melanggar UU nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
"Karena KPPU juga diamanatkan untuk memberantas persaingan usaha secara tidak sehat, misalnya praktik monopoli. Jadi, tentu sesuai aturan perundang-undangan KKPU boleh menolak aktivitas merger jika memenuhi unsur monopoli atau perbuatan yang melawan hukum," tutupnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Grab dan Gojek Dikabarkan Sudah Siap Merger
Sebelumnya, Grab Holdings Inc. dan Gojek dikabarkan telah membuat langkah subtansial dalam mencapai sebuah kesepakatan untuk menggabungkan bisnis mereka. Jika langkah ini menjadi kenyataan maka bisa berpotensi menjadi sebuah aksi merger di sektor teknologi terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Menurut orang-orang yang identitasnya diminta untuk dirahasiakan karena bersifat percakapan pribadi, dua perusahaan teknologi ini telah mempersempit perbedaan pendapat mereka masing-masing. Walaupun beberapa bagian dari perjanjian masih harus dinegosiasikan kembali.
Detail akhir sampai saat ini masih dikerjakan antara para petinggi dari masing-masing perusahaan, ditambah partisipasi Masayoshi Son dari SoftBank Group Corp yang merupakan investor utama dari Grab, menurut pernyataan orang tersebut, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (3/12/2020).
Dengan dibawahi oleh satu struktur dukungan substansial, pendiri dari Grab Anthony Tan akan menjadi CEO dari perusahaan hasil merger ini. Sementara untuk eksekutif Gojek akan menjalankan bisnis gabungan baru di Indonesia dengan merek Gojek, kata sumber tersebut.
Kedua perusahaan tersebut pun mungkin akan beroperasi secara terpisah dalam jangka periode yang lama, kata salah satu orang tersebut.
Sampai saat ini pun, pihak dari Grab, Gojek, dan SoftBank masih menolak untuk memberikan sebuah komentar. Menurut sumber orang-orang ini, pembicaraa nmasih lancar dan mungkin masih belum menghasilkan sebuah transaksi.
Kesepakatan usaha merger tersebut pun membutuhkan persetujuan regulasi, dan pemerintah mungkin memiliki keresahan antitrust dari penggabungan dua perusahaan ride-hailing raksasa tersebut.
Advertisement
Kompetisi Sengit
Grab dan Gojek sendiri sudah berkompetisi secara sengit untuk dominasi bisnis pengiriman makanan dan pembayaran seluler selama beberapa tahun terakhir. Para pihak Investor punsudah mendorong kedua perusahaan ini untuk bergabung agar bisa membentuk salah satu perusahaan internet paling kuat di wilayah Asia Tenggara.
Grab sendiri sampai sekarang hadir di delapan negara dengan nilai valuasi USD 14 miliar, sedangkan Gojek sendiri bernilai USD 10 miliar dan hadir di Indonesia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Pihak dari SoftBank sendiri telah mendorong kesepakatan sejak Son mengunjungi Indonesia pada bulan Januari, tetapi dirinya dikabari kesal dengan tidak adan kemajuan diskusi.
Menurut salah satu sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut, persaingan lama dan bentrokan kepribadian antara para pemimpin kedua perusahaan telah menyebabkan negosiasi menemui jalan buntu.
Kenaikan Sea Ltd sebagai perusahaan yang tangguh dalam e-commerce dan pembayaran digital telah meyuntikan suntikan segar untuk percakapan Grab dan Gojek, ujar sumber tersebut.
Menurut Rohit Sipahimalani, kepala strategi investasi di Temasek Holdings Pte, dalam sebuah wawancara pada peluncuran laporan e-Conomy, perjalanan mengejutkan dari Sea sendiri seagai sebuah perusahaan rintisan sapai menjadi aset berharga di Asia Tenggara dinilai menjadi "inspirasi terbesar" bagi paraperusahaan lokal dengan basis internet.
“Masyarakat kini melihat bahwa pasar publik merupakan alternatif yang layak bagi perusahaan internet di Asia Tenggara,” ujar Sipahimalani, yang dimana perusahaan miliknyaadalah salah satu investor di Gojek
"Namun mereka juga harus menyadari bahwa mereka perlu mencapai pada ukuran skala tertentu, oleh karena itu jalur IPO dinilai jadi lebih menarik, saya pikir itu mengarah kepadadialog seputar kombinasi dan konsolidasi di wilayah ini," tambah Sipahimalani.