Liputan6.com, Malang - Terdapat persyaratan khusus bagi mahasiswa tingkat akhir Politeknik TNI AD yang ingin meraih gelar Sarjana Sains Terapan. Salah satunya adalah menciptakan alutsista yang mendukung tugas operasi militer perang.
Salah satunya adalah ban mobil anti kempis yang diciptakan oleh Letnan Dua Farid Hendro Wibowo dan teman-temannya. Menurut Farid, ban anti kempis ini tidak membutuhkan udara seperti ban konvensional.
Advertisement
"Kalau modelnya itu kita ambil contoh dari luar memang, dari ban Michelin. Kalau desain, ukuran distribusi daya dan sebagainya itu dari kita sendiri. Istilahnya idenya dari luar tapi kalau bahan dari sini," ungkap Farid di Poltekad Malang.
Farid mengaku sudah mulai mencari informasi seputar material yang digunakan sejak 2017 silam. Farid juga berkonsultasi dengan para pakar atau praktisi-praktisi di Malang.
Akhirnya Farid berhasil menemukan tiga komponen penting yakni pelek dari baja campuran, jari-jari menggunakan polyurethane, dan bagian tapak menggunakan natural rubber dan serat nylon.
"Kita riset memang dari nol, kita campur beberapa raw material. Kita uji, kalau tidak kuat maka kita teliti lagi. Sampai ketemu komposisi yang pas," sambung Farid saat bercerita proses riset ban anti kempis.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bisa Tampung Beban hingga 3 Ton
Farid mengatakan, hasil uji coba terakhir, ban anti kempes sanggup menopang beban hingga 3 ton. Juga diklaim anti peluru dengan kaliber 5,56 MM dari jarak 100 M dan bisa digunakan pada kecepatan 20/80 KM perjam. Namun, diakuinya ban anti kempis masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
"Kalau sekarang memang belum terlalu nyaman, ini yang kita sedang dan akan dikembangkan di penelitian selanjutnya. Nah ke depan, kami fokuskan soal masalah kenyamanan itu. Khususnya, fokus akan dilakukan agar ban bisa jalan di aspal atau jalan biasa, apalagi dengan kecepatan tinggi kan butuh kenyamanan," papar dia.
Kolonel Arm Anang Krisna, Kasubdis Media Online Dispenad menjelaskan, ban anti kempis rencana digunakan di beberapa kendaraan-kendaraan militer. Namun, tak menutup kemungkinan diproduksi secara masal. Mengingat, karya direspons positif oleh masyarakat luas.
"Nanti pada 2022 ini akan kami kembangkan untuk ajukan peningkatan biaya penelitian berikutnya, fokusnya di kenyamanan dan optimasi desainnya. Jadinya, dari evaluasi uji coba terakhir, Begitu masuk sipil, kan penggunaan mobilnya itu pun bisa dimanfaatkan," tandas dia.
Sumber: Peristiwa Liputan6.com
Penulis: Ady Anugrahadi
Advertisement